KESUKSESAN prestasi atlet biasanya diukur dari keberhasilan meraih medali di sebuah event olahraga. Namun hal itu tampaknya tidak 100 persen berlaku bagi atlet berkebutuhan khusus, atau biasa disebut paralimpian.
Bagi olahraga kalangan disabilitas, kesuksesan prestasi ternyata dimulai dari kemampuan tim klasifier dalam meloloskan paralimpian, termasuk mengklasifikasi cabang yang tepat bagi atlet yang akan bertanding.
Alhasil, tugas klasifier cukup berat karena juga menjadi penentu keberhasilan atlet sebelum benar-benar bertanding di medan laga. Oleh karena itu, sejatinya setiap daerah memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) khusus klasifaer, agar saat sesi pengklasifikasian panitia pertandingan bisa lolos.
"Kesuksesan atlet itu 50 persennya dimulai dari klasifikasi. Sebab kalau tak lolos klasifikasi, nantinya si atlet tak sesuai penempatan. Jadi tugas berat dan penentu itu ada di klasifikasi," jelas Dr Yanti SPPK M,Kes saat memberikan materi pada Bimbingan Teknis (Bimtek) Kalsifier NPC Kalimantan Selatan di Hotel Roditha, Sabtu (19/8/2017).
Bahkan, lanjut Dr Yanti, fair atau tidaknya event olahraga bagi atlet berkebutuhan khusus ini, sangat tergantung dari pengklasifikasian paralimpian. Pengklasifikasian atlet ini memang rumit, karena harus secara detail diketahui tentang kecacatan untuk kemudian ditentukan cabang olahraga atau klasifikasinya.
Sementara itu, Bimtek Klasifier yang digelar NPC Kalsel ini sendiri dilangsungkan mulai 18 hingga 20 Agustus 2017 di Hotel Roditha Banjarbaru. Selain Dr Yanti yang berstatus sebagai kalsifier nasional, pemateri di Bimtek ini juga diisi klasifier nasional lainnya, yakni Dr Ferry.
Bimtek ini diikuti kurang lebih 40 peserta, utusan dari 13 pengurus NPC Kabupaten/Kota se Kalimantan Selatan. Kegiatan ini dibuka dan ditutup secara langsung oleh Ketua Dewan Pertimbangan NPC Kalsel, Drs H Sarmidi M,Kes.[mia]