Bangun Silaturrahmi Almamater, Alumni Uniska Tanbu Gelar Temu Kangen dan Kuliah Umum

Bangun Silaturrahmi Almamater, Alumni Uniska Tanbu Gelar Temu Kangen dan Kuliah Umum


BATULICIN, MK – Temu kangen sekaligus kuliah umum digelar Ikatan Mahasiswa Alumni Universitas Islam Kalimantan Selatan (Uniska) Kabupaten Tanah Bumbu di Gedung PKK Kapet Kecamatan Simpang Empat, Sabtu (1/9/2018).

Tercatat kurang lebih 50 peserta dari alumnus Uniska hadir dalam acara yang dibuka Plh Sekretaris Daerah Tanbu, Drs Mustaing ini.

Di momen ini, Mustaing mengatakan, kegiatan ini dapat dijadikan momentum penting dalam membangun silaturrahmi sesama almamater Uniska.

“Melalui temu kangen dan kuliah umum ini pemerintah daerah mengajak kepada mahasiswa dan Iluni Uniska Cabang Tanah Bumbu agar mampu memberikan kontribusi pemikiran yang inovatif menuju kemajuan daerah,” tutur Mustaing.

Hal terpenting pada saat ini, lanjutnya, pemerintah daerah sangat membutuhkan inovasi dan kreatifitas semua pihak. Ini dilakukan dalam upaya mendukung Tanah Bumbu yang berkelanjutan.

“Dewasa ini kita dihadapkan pada peralihan jaman dan lompatan teknologi yang luar bisa," imbuhnya.

Karena itu, pemerintah membutuhkan SDM yang mampu menyesuaikan kemajuan tekhnologi, termasuk di dalamnya kaum intelektual seperti mahasiswa maupun para alumni.

Drs Difriadi Darjad saat memberikan kuliah umum pada kesempatan itu mengajak kepada peserta yang hadir agar terus meningkatkan kemampuan dalam menuntut ilmu.

“Dalam menuntut ilmu itu tanpa batas usia seumur hidup, long life kalau bahasa Inggrisnya, meskipun sudah sarjana dan pensiun kerja sekalipun. Selagi masih bisa belajar dan memberikan manfaat bagi orang banyak kedepannya,” ujarnya.

Dalam kuliahnya, dia mengungkapkan akan tujuan dari menuntut ilmu itu adalah dalam rangka meningkatkan kemampuan maupun mengasahnya saat menghadapi berbagai persoalan.

Menurutnya, di dalam mengasah kemampuan, tentu berkaitan dengan intelektual dan emosional. Sebab menuntut ilmu tak hanya mengasah kemampuan intelektual, namun juga harus seimbang dengan kecerdasan emosional.

“Sebuah ilustrasi, orang yang berintelektual tinggi akan percuma hidup di tengah masyarakat kalau emosionalnya tidak cerdas. Di manapun dia berada selalu punya sikap tempramen hingga akan bertolak belakang perasaan dengan orang di sekitarnya,” jelas Difriadi.[joni]


Lebih baru Lebih lama