BATULICIN, MK - Tiba di Pondok Pesantren Darul Ijabah Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu, Jumat (7/9/2018), Ustaz Abdul Somad (UAS) pun bertausiah di hadapan para pejabat, da'i dan undangan.
Da’i yang hadir dalam rangkaian Seminar Internasional Da’i Islam Moderat ini berasal dari enam negara, yakni Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam, Timor Leste, Thailand dan Indonesia sendiri.
Dalam tausiahnya UAS mengangkat tema “Da’i Perekat Umat”. Ini sebagaimana yang diminta oleh pihak panitia penyelenggara seminar internasional.
Menurut UAS, syarat untuk menjadi da’i perekat umat dan menyatukan umat ada lima hal yang perlu diperhatikan. Pertama, Da’i tersebut harus berpendidikan agama, atau setidaknya harus tamat pesantren.
“Masukanlah anak untuk belajar agama di pondok pesantren. Zaman sekarang banyak orang hebat di ilmu ekonomi, matematika, fisika, tetapi nol besar di ilmu agamanya,” ujar UAS.
UAS juga mengingatkan agar jangan sampai hanya hafal teks ceramah, masuk TV, lalu jadi Da’i. Begitu dibuka sesi tanya jawab seputar agama, lalu menjawabnya tanpa ilmu agama, sehingga dapat memecah belah umat.
Syarat kedua untuk menjadi da’i perekat umat, adalah mengerti mazhab dan tidak main-main dengan mazhab. Ini penting, agar jangan sampai mencampuradukkan empat mazhab sehingga membingungkan umat.
"Untuk itu, istiqomahlah dan konsisten dengan satu mazhab yang diamalkan," pintanya.
Syarat ketiga, lanjut UAS, adalah da’i mesti mengerti bahasa zaman modern atau dengan bahasa kaumnya. Zaman Nabi Isa, kaumnya hebat dalam dunia kedokteran, maka Allah kirimkan mukzijat kepada Nabi Isa untuk menyembuhkan orang buta dan lumpuh, bahkan menghidupkan orang mati dengan izin Allah SWT.
"Nah zaman sekarang berdakwahlah sesuai dengan kaumnya. Zaman sekarang adalah zaman media sosial. Maka jadikanlah media sosial sebagai tempat dakwah, bukan sebagai tempat curhat," tuturnya.
UAS meminta untuk menjadikan media sosial sebagai sarana dakwah. “Da’i harus mengerti metode dakwah yang sesuai dengan umur dan wilayah tertentu,” imbuhnya.
Keempat, da’i harus memberikan pandangan kasih sayang kepada umatnya tanpa kekerasan. Kemudian yang kelima, dai harus istiqomah mengerjakan apa yang disampaikan.
Pada kesempatan itu pula, UAS juga berpesan kepada anak-anak pesantren Darul Ijabah untuk melatih diri menjadi da’i.
“Mudah-mudahan alumni Darul Ijabah ini menjadi da’i tiga versi. Dai dengan lidahnya ceramah, da’i dengan tangannya ada kekuasaan politik, dan da’i dengan harta benda yang mampu membantu sesama,” tutupnya.[joni]