Perkembangan 2018 tak Menggembirakan, Bank Kalsel Lakukan Efesiensi dan Penyegaran Komisaris dan Direksi

Perkembangan 2018 tak Menggembirakan, Bank Kalsel Lakukan Efesiensi dan Penyegaran Komisaris dan Direksi

BANJARMASIN, MK - Dibanding 2017, perkembangan kinerja Bank Kalsel pada Tahun Buku 2018 tidak begitu menggembirakan. Ini tergambar pada keuntungan bisnis Bank Kalsel menurun sekitar 35,6 persen, kredit mikro turun sekitar 17 persen, dan kredit konsumtif turun sampai Rp23,4 miliar.
Karena itu, para pemegang saham melalui RUPS yang merupakan forum tertinggi di Bank Kalsel melakukan evaluasi terhadap kinerja tersebut dan mengambil langkah-langkah efisiensi dan penyegaran di jajaran direksi dan komisaris pada RUPS-LB dengan menggantikan Direktur Bisnis Rudi Syahrinsyah, Direktur Operasional Gusti Agus Permana dan Komisaris Independen H Zulfadli Gazali.
"Ke depan saya harapkan Bank Kalsel dapat lebih kompetitif lagi dengan BPD-BPD yang lain," kata Sahbirin Noor, Gubernur Kalimantan Selatan selaku pemegang saham pengendali Bank Kalsel, Rabu (27/2/2019).
Berdasarkan data laporan Publikasi Keuangan per Nopember 2018, posisi aset Bank Kalsel berada pada peringkat 11 dan 15 BPD Buku Il atau memiliki modal inti antara Rp1 triliun sampai dengan kurang dari Rp5 triliun.
Setelah hampir dua tahun tidak memiliki Direktur Utama, akhirnya sejak 4 Januari 2019 Bank Kalsel memiliki Direktur Utama yang dipercayakan kepada Agus Syabarrudin.
Agus sendiri sebelumnya berkarir di Development Bank of Singapore (DBS) Buana Tat Lee Bank, Algemene Bank Nederland (ABN) De Amsterdamsche-Rotterdamsche Bank (AMRO) Bank, ABN AMRO Asset Management Indonesia, Bank Syariah Mandiri (BSM) dan Bank Danamon Indonesia.
Pada kesempatan berbeda, Agus memperkirakan ada beberapa fokus utama yang dihadapi Bank Kalsel pada 2019. Sebut saja seperti masalah likuiditas yang ketat, kualitas kredit sebagai isu internal bank dan semakin maraknya digital banking.
Juga beberapa isu lain yang juga perlu diperhatikan secara eksternal, misalnya soal turbulensi ekonomi global dan gangguan pertumbuhan ekonomi nasional dan regional, perubahan dan dinamisasi industri yang mempengaruhi pasar dan pangsa pasar, perubahan karakteristik konsumen, iklim kompetisi di industri keuangan dan perbankan, kebijakan dan regulasi yang mengatur serta adanya tahun politik (pilpres dan pileg) saat ini.
Selain itu, secara internal beberapa fokus yang menjadi perhatian adalah menyangkut masalah kompetensi SDM dan kultur, permodalan, sistem dan teknologi informasi dan diperlukannya penajaman business model dan business process.
"Persoalannya semakin besar. Tapi saya optimis dengan kerja yang kompak dan profesional dari seluruh karyawan Bank Kalsel, dapat melalui tantangan ini dengan baik," yakin Agus.[mia/adv]
Lebih baru Lebih lama