SAMBAS, MK – Momen Pekan Daerah Kontak Tani Nelayan Andalan (Peda KTNA) XII di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat tampak makin lengkap dengan kehadiran Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Binuang.
Bukan hanya berpartisipasi membuka stand pada pameran, di momen Peda KTNA ini BBPP Binuang juga menjalankan program edukasi pertanian berupa pelatihan tematik.
Untuk Pelatihan Tematik Alat Sistem Pertanian (Alsintan), BBPP Binuang melangsungkannya di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Semparuk, tepatnya mulai 2 hingga 4 agustus 2019.
Pelatihan di BPP Semparuk ini sendiri diikuti 28 peserta berasal dari pengurus Kelompok Tani (Poktan ) dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Kemudian satu peserta dari UPJA dan satu peserta lagi pengelola P4S.
Untuk materi yang diajarkan, selain cara mengoperasikan Alsintan traktor roda 4, rice transplanter dan combine harvester, peserta juga diberikan materi manajemen UPJA.
Pada pelatihan ini, Kepala BBPP Binuang Dr Ir Yulia Asni Kurniawati M.Si menyampaikan materi Motivasi dan Etos Kerja. Ini tak lain untuk mendorong agar Poktan dan Gapoktan yang telah memiliki dan menerima bantuan Alsintan bertransformasi menjadi Kelompok Usaha Bersama (KUB)
mengelola Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA). Apalagi di Kecamatan Semparuk hanya ada 1 UPJA.
mengelola Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA). Apalagi di Kecamatan Semparuk hanya ada 1 UPJA.
“Tanpa dikelola dengan manajemen modern, maka Alsintan bantuan pemerintah akan menjadi kurang bermanfaat, karena jangkauan operasionalnya terbatas pada satu Poktan saja,” terang Yulia.
Selain itu, terbatasnya tenaga mekanik bahkan tidak dimilikinya mekanik dalam Poktan dan Gapoktan yang mampu merawat dan memperbaiki kerusakan alat, menjadi kendala terhadap optimalisasi pemanfaatan Alsintan.
“Solusinya Poktan dan Gapoktan yang menerima bantuan dan bahkan telah memiliki Alsintan, sebaiknya berkolaborasi membentuk KUB jasa pelayanan Alsintan, sehingga kelemahan yang ada pada satu Poktan akan diisi Poktan lain menjadi kekuatan yang besar,” paparnya.
Motivasi yang diberikan Yulia ini tampaknya mengena kepada beberapa peserta, di antaranya salah seorang petani yang memberanikan diri bertanya tentang cara mengelola Alsintan agar bisa memberikan keuntungan kepada Poktan, dan bukan sekedar pinjam pakai.
Menjawab pertanyaan ini, Yulia menyarankan mereka untuk membuat aturan main yang jelas, tertulis dan disepakati oleh anggota kelompok terkait besaran sewa Alsintan.
“Pertama hitunglah total besaran pengeluaran per hektare yang terdiri dari bahan bakar, oli, tenaga operator, spare part, biaya mobilisasi, biaya tak terduga dan penyusutan alat,” jelasnya.
Kemudian, lanjutnya, harus ditetapkan keuntungan yang dikehendaki yang nantinya menjadi modal tambahan Poktan atau Gapoktan.
“Total dari pengeluaran plus keuntungan, menjadi dasar untuk menetapkan harga sewa alat per hektare,” pungkas Yulia.[bayu/mia]