BINUANG, MK - Peningkatan kompetensi kerja pelaku utama dan pelaku usaha tanaman sayur organik diaplikasikan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Binuang dengan menggelar Pelatihan Vokasi Tanaman Sayur Organik.
Pelatihan ini juga dimaksudkan mendorong pelaku utama dan pelaku usaha tanaman sayur organik untuk membentuk kelompok usaha sayuran organik. Selain itu juga untuk membangun jejaring antara pelaku usaha sayuran organik.
Pelatihan yang digelar dari 18 hingga 23 September 2019 di BBPP Binuang ini dibuka Kepala Bidang Penyelenggaraan Pelatihan BBPP Binuang, Ir Muhammad Khairudin, Kamis (19/9/2019).
Tercatat 35 peserta berasal dari Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat ini mengikuti pelatihan vokasi ini.
Menurut panitia penyelenggara pelatihan, Ramadhani Kurnia Adhi, pelatihan vokasi Tanaman Sayur Organik bertujuan untuk meningkatkan kompetensi kerja pelaku utama dan pelaku usaha tanaman sayur organik.
Selain itu, lanjutnya, juga mendorong pelaku utama dan pelaku usaha tanaman sayur organik untuk membentuk kelompok usaha sayuran organik, serta membangun jejaring antara pelaku usaha sayuran organik.
Sementara itu, Ir. Muhammad Khairudin pada kesempatan ini mengungkapkan pentingnya pertanian organik, di mana ke depan pertanian organik akan kembali diminati karena masyarakat sudah mulai sadar akan pentingnya kesehatan.
"Masyarakat sudah mulai pintar memilih sayuran yang bebas dari pestisida. Sayuran organik mempunyai keunggulan, yaitu lebih segar dan lebih menyehatkan. Bisnis usaha di bidang sayuran organik terbilang menguntungkan," jelasnya.
BBPP Binuang sebagai UPT Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) berkewajiban untuk berkonstribusi dalam meningkatkan kompetensi Sumberdaya Manusia Pertanian melalui pelatihan Vokasi.
"Pelatihan vokasi menjadi salah satu terobosan pemerintah untuk mendorong peningkatan kompetensi SDM Indonesia," terangnya.
Khairudin mengatakan, pelatihan vokasi mempunyai beberapa keunggulan, seperti memiliki durasi waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan pendidikan formal.
Kedua, lanjutnya, pelatihan vokasi berbasis demand driven, yakni sesuai dengan kebutuhan industri. Kemudian ketiga alumni pelatihan vokasi dapat berperan sebagai job seeker alias pencari kerja, atau job creator alias pembuka lapangan pekerjaan.[rka/bayu]