ANGKA 17 di masyarakat Kalimantan Tengah cukup identik hubungannya dengan kehidupan pahlawan nasional putra Dayak, Tjilik Riwut.
Mengutip dari blog pribadi milik Nila Riwut anak ketiga Tjilik Riwut, angka atau bilangan adalah lambang atau simbol yang merupakan suatu objek.
Bilangan atau angka banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Angka juga identik dengan pengingat dalam sebuah tanggal menandakan peristiwa-peristiwa di kehidupan manusia.
Sama halnya dengan Tjilik Riwut, angka 17 pun identik dan sangat dekat dengan sejarah kehidupannya, peristiwa dan kejadian penting pada angka 17 dekat dengannya.
Dimulai dari tanggal Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Begitu menyatunya angka 17 pada diri beliau yang juga dinobatkan sebagai pahlawan nasional yang turut ambil bagian dalam memperjuangakan Kemerdekaan Republik Indonesia.
Selanjutnya, pelaksanaan Sumpah Setia 142 suku Dayak Pedalaman Kalimantan kepada Pemerintah RI di Gedung Agung Yogyakarta yang diwakili Tjilik Riwut, diadakan pada tanggal 17 Desember 1946.
Operasi penerjunan pasukan payung pertama dalam sejarah Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) oleh MN 1001 yang dipimpin oleh Mayor Tjilik Riwut di Desa Sambi, Pangkalan Bun, diadakan pada tanggal 17 Oktober 1947. Peristiwa bersejarah tersebut ditetapkan sebagai hari jadi Pasukan Khas TNI-AU.
Desa Pahandut yang kemudian menjadi Kota Palangka Raya, ibukota Provinsi Kalteng adalah desa yang ke-17 dihitung dari Sungai Kahayan.
Provinsi Kalteng dengan Tjilik Riwut sebagai Gubernur pertama adalah Provinsi yang ke-17 di Indonesia.
Provinsi Kalimantan Tengah lahir pada masa Kabinet yang ke-17. Peletakan Batu pertama Kota Palangka Raya terjadi pada tanggal 17 Juli 1957.
Ketika menyerahkan Piagam Palangka Raya kepada Pemerintah Pusat, 15 Desember 1958, Gubernur Kalteng Pertama Tjilik Riwut menjanjikan bahwa pada tanggal 17 Agustus 1959, Palangka Raya yang pada saat peletakkan batu pertama masih berupa hutan rimba belantara, telah siap menjadi ibukota sebuah provinsi.
Ini dimaksudkan bahwa masyarakat di Kalteng bertekad untuk bekerja keras, bahu-membahu mengusahakan pembangunan prasarana dan sarana, pembangunan jalan-jalan, perkantoran, perumahan, bandar udara dan sebagainya untuk lebih siap melaksanakan pembangunan ke depan.
Tekad tersebut bagai cambuk yang membakar semangat kerja masyarakat di Kalteng. Mereka tanpa kenal lelah, bahu-membahu, gotong royong mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung agar pada tanggal yang dijanjikan yaitu 17 Agustus 1959, Kota Palangka Raya telah siap disebut sebagai ibukota sebuah provinsi.
Tjilik Riwut mempunyai telepon yang bernomor 17 dan mobil dinas bernomor polisi KH 17 pada saat menjadi Gubernur KDH Tingkat I Provinsi Kalteng.
Pembangunan gereja Katholik pertama di Palangka Raya, konstruksi bangunannya mencerminkan angka 17-8-1945.
Tjilik Riwut mengakhiri masa jabatan sebagai Gubernur KDH Tk.I Kalteng pada tanggal 17 Februari 1967.
Peringatan napak tilas perjuangan Tjilik Riwut di Kalteng dan penandatanganan prasasti tempat pertapaan Tjilik Riwut di Bukit Batu oleh Gubernur Tk.I Kalteng tertunda akibat banjir. Pada tanggal 17 Mei 1995 baru bisa dilaksanakan.
Pada tanggal 17 Agustus 1987, pukul 04.45 Wita, pahlawan nasional kebanggaAn Bumi Tambun Bungai dipanggil oleh Sang Pencipta di Banjarmasin dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Sanaman Lampang, Kota Palangka Raya.
Itulah beberapa angka dan tanggal 17 yang identik di kehidupan Tjilik Riwut. Usaha dan perjuangan yang begitu banyak memberikan kontribusi dalam bentuk pikiran, tenaga dan semangat membangun kehidupan masyarakat Dayak di Kalteng khususnya dan kepada Negara Republik Indonesia.[kenedy]