MARTAPURA, MK - Sebagai negara pengekspor sektor rempah di pasar dunia, Indonesia masih kalah dibandingkan negara Asia yang lain. Apabila pemerintah Indonesia tidak memberikan perhatian penuh terhadap potensi ekspor yang tinggi, dikhawatirkan peluangnya semakin kecil.
Ketersediaan sumber daya hayati berupa jenis tanaman dan varietas yang banyak serta ketersediaan sumber daya lahan, apabila dikelola secara optimal akan menjadi sumber kegiatan usaha ekonomi yang bermanfaat untuk penanggulangan kemiskinan dan penyediaan lapangan pekerjaan di pedesaan.
Kementerian Pertanian RI melalui Unit Pelaksana Teknis Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Binuang dan Dinas Tanaman Pangan Hortikultura Kabupaten Banjar bekerja sama melaksanakan Pelatihan Teknis Tematik Sektoral Rempah.
Tak kurang dari 30 Penyuluh Pertanian Lapangan, petani dan petani milenial se-Kecamatan Karang Intan ambil bagian dalam pelatihan yang digelar selama tiga hari ini, tepatnya mulai 20 hingga 22 Januari 2020 di Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Karang Intan, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.
Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura, Nurul Chatimah dalam sambutannya saat pembukaan pelatihan menyebutkan, memang saat ini tanaman rempah masih belum menjadi tanaman prioritas di Kabupaten Banjar, akan tetapi tetap diperhatikan potensinya.
“Tanaman rempah tidak semuanya termasuk di sektor pertanian, sedangkan yang masuk tanaman pertanian adalah tanaman biofarmaka yang merupakan tanaman obat dengan rimpang seperti jahe, kencur, kunyit, lengkuas dan lain sebagainya," terang Nurul.
Nurul berharap dari diadakannya pelatihan ini, petani-petani milenial di Kecamatan Karang Intan tertarik untuk berbudidaya tanaman rempah, khususnya tanaman rimpang seperti jahe, kencur, kunyit, laos dan sebagainya.[bayu]