Sempat Ingin Jadi Pendeta, Pria Ini tak Gengsi Jualan Es Dawet

Sempat Ingin Jadi Pendeta, Pria Ini tak Gengsi Jualan Es Dawet

PALANGKA RAYA, MK - Gerobak modifikasi sepeda pancal yang menjajakan es dawet Ayu di pinggiran jalan Kota Palangka Raya, cukup familiar di masyarakat. Ciri khas bunyi gelas dipukul sebagai pertanda pedagang minuman segar, menjadi pemanggil pelanggan. 
Sepasang gambar wayang Semar sebagai simbol keperkasaan dan keagungan juga jadi penanda lain dari gerobak dagangan ini. 
Umumnya pedagang es dawet Ayu merupakam warga dari Suku Jawa. Namun, saat awak media ini sengaja memesan es dawet yang kebetulan melintas di Jalan Raden Patah, Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah, tak disangka justru pemuda berdarah Dayak.
Stefanus (25), seorang penjual es dawet ayu ini adalah putra Dayak Ma'anyan yang berasal dari Desa Saing, Kecamatan Paku, Kabupaten Barito Timur (Bartim).
Pria lulusan SMA ini mengaku sudah empat tahun menggeluti usaha menjual es dawet di Kota Palangka Raya.
"Saya sangat senang dan bersyukur menggeluti profesi ini, meski hasil yang diperoleh relatif kecil," ungkapnya, Selasa (21/1/2020).
Sebelum menjadi penjual es dawet keliling, lanjutnya, Ia pernah mengenyam pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Theologia (STT) Banjarmasin selama 1 semester.
Namun, karena tidak memiliki kemampuan finansial untuk membiayai pendidikannya, terpaksa berhenti kuliah dan mencoba merantau ke Kota Palangka Raya. 
"Padahal sejak kecil saya bercita-cita ingin menjadi seorang Pendeta," ungkapnya lirih.
Lebih lanjut, sebagai pedagang es dawet Ayu, setiap hari Ia memperoleh penghasilan dari jasa menjual es ini berkisar antara Rp60 hingga Rp70 ribu, tergantung kondisi cuaca. 
"Jika kondisi cuaca cukup panas dagangan es dawet ayu ini laris manis," bebernya.
Ia optimis suatu hari nanti dapat memiliki usaha sendiri, tidak lagi tergantung kepada orang lain seperti saat ini yang hanya mengambil upah atau jasa dari jerih payah menjual es dawet. 
Ia juga berharap kepada kaum muda Dayak agar jangan pernah malu dan sungkan jika berprofesi sebagai pedagang es, ini lebih baik ketimbang menjadi pengangguran. Apalagi belum memiliki kesempatan bekerja di kantoran atau instansi lain.
"Jangan pernah malu bekerja di bidang apapun selagi masih muda dan kuat bekerja," tuturnya.[kenedy]

Lebih baru Lebih lama