SINTANG, MK - Wereng coklat (Nilaparvata lugens) merupakan salah satu hama padi yang paling berbahaya dan merugikan, khususnya di Indonesia.
Serangga yang bentuknya kecil ini menghisap cairan tanaman padi dan sekaligus juga menyebarkan virus (reovirus) yang menyebabkan tanaman padi terinfeksi penyakit tungro.
Saat ini tanaman padi di Indonesia sudah rentan (lemah) terhadap serangan wereng coklat. Petani pun diresahkan akibat mewabahnya hama wereng ini. Varietas tahan wereng yang ada saat ini pun belum dapat mengatasi hal tersebut.
Menyikapi hal tersebut, BPP Sungai Tebelian mengadakan Gerakan Pengendalian (Gerdal) Organisme Penggangu Tanaman (OPT) terhadap hama Wereng Coklat bertempat di Desa Kajang Baru, Kecamatan Sungai Tebelian, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat
Kegiatan ini juga dilakukan untuk menindak lanjuti laporan dari Kelompok Tani (Poktan) Harapan Jaya bahwa terdapat tanaman padi Varietas Inpari 32 yang terserang hama Wereng Coklat seluas kurang lebih 15 hektare.
Lasino SP, Penyuluh dalam kesempatan tersebut menjelaskan bahwa Wereng Coklat adalah salah satu hama padi yang paling berbahaya dan merugikan.
Wereng Coklat ini menyerang tanaman padi pada umur 15 HST dan gejala serangan baru akan nampak atau terlihat pada saat 20-40 HST.
"Wereng coklat tidak hanya menghisap cairan pada batang padi, tetapi yang lebih berbahaya wereng coklat juga menularkan virus lain pada tanaman padi, sehingga tanaman padi terjangkit virus kerdil rumput dan virus kerdil hampa," terang Lasino.
Hingga saat ini kedua virus tersebut belum dapat diobati. Pada fase tanaman muda tanaman padi yang diserang (cairan selnya dihisap), tanaman padi akan muncul gejala menguning, mengering lalu kemudian mati.
Sedangkan pada fase tanaman yang sudah tua (sudah keluar malai) serangan wereng coklat menyebabkan pertumbuhan tanaman terhenti dan menyebabkan bulir padi menjadi hampa atau kopong
Lebih jauh Lasino menjelaskan, untuk pencegahan dan pengendalian dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain menggunakan varietas yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit, penggiliran varietas antar musim dan penggunaan pestisida.
Dengan adanya gerakan pengendalian ini diharapkan masyarakat setempat bisa mengerti tentang siklus hidup Wereng Coklat, sehingga bisa dikendalikan sebelum tanaman mengering/hopper burn yang bisa menyebabkan gagal panen serta bisa mengaplikasikan pestisida dengan benar sehingga bisa memberi dampak yang maksimal dan kelestarian lingkungan tetap terjaga.
“Tetapi penggunaan pestisida tidak boleh terus menerus digunakan dengan alasan Musuh Alami bisa ikut mati, sehingga hama menjadi merajalela karena telur-telur hama tidak mati sehingga akan menjadi ledakan serangan hama," pungkasnya.[advertorial]