Klaim Cetak 2.500 Pengusaha Baru Dipertanyakan Akademisi ULM Ini

Klaim Cetak 2.500 Pengusaha Baru Dipertanyakan Akademisi ULM Ini

BANJARMASIN, MK - Upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Banjarmasin dalam meningkatkan geliat ekonomi dengan cara mencetak pengusaha baru patut diapresiasi.

Namun menurut Pengamat Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan Risk Management Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, Abdurrahman Sadikin, klaim sudah dapat mencetak 2.500 pengusaha baru oleh Pemkot Banjarmasin dirasa perlu untuk dikaji dan diuji lebih jauh.

“Apa benar sudah dicetak 2.500 pengusaha baru di Kota Banjarmasin. Apakah ke 2.500 pengusaha baru itu masih bisa eksis semua, karena kalau memang benar eksis semua tentunya geliat ekonomi di Kota Banjarmasin pasti sangat berkembang,” ungkapnya, Rabu (2/9/2020).

Hal itu mengingat kalau memang betul-betul Pemkot Banjarmasin mampu mencetak 2.500 pengusaha baru, maka akan banyak sekali tenaga kerja yang dapat diserap oleh mereka.

“Namanya pengusaha itu dalam teori ekonominya adalah mereka yang mempunyai usaha dan bisa mempekerjakan minimal 20 orang. Nah ke 2.500 pengusaha baru itu apakah begitu semua, sebab kalau mereka berusaha sendiri tapi tidak mempekerjakan orang lain itu namanya bukan pengusaha tapi pedagang,” tegasnya.

Karena itu, hendaknya Pemkot dapat betul-betul mengkaji lebih jauh klaim keberhasilan mencetak pengusaha baru ini. Hal itu penting sebagai evaluasi apakah pembinaan mencetak pengusaha baru oleh instansi terkait sukses dilakukan atau sebaliknya.

“Jadi setelah dikaji nantinya kan kelihatan apakah benar-benar sukses atau tidak. Kalau tidak kita bisa ganti cara pembinaannya agar lebih efektif dan efesien,” jelasnya.

Dalam membina pengusaha baru sendiri tentunya tidaklah selesai hanya dengan memberikan pelatihan wirausaha kepada mereka. Karena agar pengusaha baru dapat bertahan, eksis dan mampu menyerap tenaga kerja pemberian pelatihan tidaklah cukup.

“Setelah pelatihan itu yang penting, baik dalam hal melakukan pendampingan bahkan kalau perlu sekalian dapat mencarikan tempat strategis bagi mereka untuk berjualan. Karena kalau hanya dilatih dan dilepas tanpa dibina pasti banyak usaha mereka yang cepat gulung tikar,” katanya.

Bahkan akan lebih baik lagi kalau pembinaan yang dilakukan instansi terkait dikolaborasikan dengan pendampingan akademisi dan di sokong oleh lembaga keuangan.

Hal ini penting agar persentase pengusaha baru yang dapat mengatasi berbagai risiko usaha hingga dapat bertahan eksis dengan populasi pengusaha resilience bisa semakin besar.

“Kalau banyak yang resilience dan eksis kan tentu akan sangat berpengaruh terhadap perputaran roda ekonomi dan penyerapan tenaga kerja di sektor informal yang ada di Kota Banjarmasin,” pungkasnya.[mia]

Lebih baru Lebih lama