BANJARMASIN, MK – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan sebagian wilayah Indonesia berpotensi mengalami musim hujan yang cenderung lebih basah dari pada rerata klimatologisnya.
Ini ditandai dengan munculnya kondisi La Nina (Anomali Iklim) dan Indian Ocean Dipole (IOD) Negatif.
Menurut Kepala BMKG Pusat, Dwikorita Karnawati, musim hujan di Indonesia akan dimulai secara bertahap di akhir bulan Oktober 2020, terutama dimulai dari wilayah Indonesia Barat dan sebagian besar wilayah Indonesia diprakirakan mengalami puncak musim hujan di bulan Januari dan Februari 2021.
"Sebagian besar wilayah diprakirakan mengalami puncak musim hujan pada bulan Januari dan Februari 2021, yaitu sebanyak 248 Zona Musim (ZOM) dengan 72,5 persen,” jelas Dwikorita, Rabu (30/9/2020).
Sementara itu, Deputi Klimatologi Pusat, Herizal turut menjelaskan, datangnya musim hujan ini juga berkaitan erat dengan peralihan Angin Timuran yang bertiup dari Benua Australia (Monsun Australia) menjadi Angin Baratan yang bertiup dari Benua Asia (Monsun Asia).
“Peralihan angin monsun diprediksi akan dimulai dari wilayah Sumatra pada Oktober 2020, lalu wilayah Kalimantan, kemudian sebagian wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara pada November 2020 dan akhirnya Monsun Asia sepenuhnya dominan di wilayah Indonesia pada bulan Desember 2020 hingga Maret 2021,” tambahnya.
Sehingga dari total 342 ZOM di Indonesia, sebanyak 34,8 persen diprediksi akan mengawali musim hujan pada bulan Oktober 2020, yaitu di sebagian wilayah Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Sebanyak 38,3 persen wilayah akan memasuki musim hujan pada bulan November 2020, meliputi sebagian wilayah Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.
Sedangkan 16,4 persen di Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, NTB, NTT, dan Papua akan masuk awal musim hujan di bulan Desember 2020.[fuad]