KUALA KAPUAS, MK - Pelatihan Tematik Pengelolaan Lahan Rawa di BPP Basarang, Kabupaten Kapuas resmi ditutup pada Rabu, 30 September 2020.
Pelatihan yang diselenggarakan oleh BBPP Binuang itu dimaksudkan untuk mendukung program Food Estate yang dikembangkan di Kalimantan Tengah, tepatnya Kabupaten Pulang Pisau dan Kabupaten Kapuas.
Acara penutupan langsung dilakukan oleh Marhaenis Budi Santoso, Widyaiswara Ahli Utama, fasilitator sekaligus mewakili BBPP Binuang, dengan didampingi Koordinator BPP Basarang Basni S.Pt.
Dalam pesannya Marhaenis mengatakan, permasalahan lahan rawa sangan komplek. Masalah pirit dan senyawa racun lainnya, kemasaman, kebanjiran di musim hujan dan pasang besar, dan kekeringan di musim kemarau menjadi faktor pembatas dalam peningkatan produksi pertanian.
Dibutuhkan pengelolaan air untuk mengatur tinggi muka air, keperluan irigasi pertanian dan drainase untuk pembuangan racun. Kemudian penataan lahan untuk menciptakan lingkungan pertanian yang sesuai dengan komoditas.
Juga pengelolaan pola tanam dan rotasi pemanfaatan lahan sehingga lebih produkstif. Ukurannya adalah peningkatan IP dan prodktivitas.
“Ada 2 ukuran keberhasilan dalam pengelolaan lahan rawa yaitu peningkatan indek pertanaman (IP) dan peningkatan produktivitas,” tegasnya.
Karenanya, penanganan masalah lahan rawa tidak bisa diselesaikan sendiri-sendiri oleh petani. Harus ada koordinasi kerjasama dalam skala luas. Skala hamparan, lintas gapoktan bahkan lintas desa atau wilayah.
“Jangan bekerja sendiri-sendiri, tapi bekerjalah dalam kebersamaan. Permasalahan lahan rawa harus dilihat sebagai musuh bersama. Tak ada masalah yang terlalu berat untuk diatasi jika petani bekerjasama,” lanjut Marhaenis.
Pelatihan yang berlangsung selama 3 hari itu, diikuti 30 petani dan pendamping.
I Wayan Tangun, salah satu peserta pelatihan mengaku gembira bisa mendapatkan pembelajaran yang sangat sesuai dengan kebutuhan pekerjaan di lapangan.
Dia bertekad mengajak petani-petani lain untuk memperbaiki pengelolaan lahan rawa dan pembudidayaan tanaman yang diusahakan di lahan rawa.
“Ini materi sangat berguna, akan saya sampaikan kepada petani-petani lain khususnya di wilayah saya untuk memperbaiki ke depannya,” tutur Tangun, peserta yang adalah ketua Gapoktan Naning Jaya.
Sebelumnya dalam paparannya, Ia mengungkapkan, di kelompoknya ada 15 hektare yang hingga saat ini masih tanam 1 kali. Terungkap dalam diskusi ada potensi untuk dikembangkan tanam 2 kali.
Lahan 15 hektare berpotensi memberikan konstribusi lagi tak kurang dari 60 ton GKG atau Rp 300 juta jika harga gabah Rp 5000 per kilogram. Karenanya, Ia juga bertekad untuk menerapkan itu.
“Saya juga berterima kasih, lahan 15 ha yang hanya sekali tanam akan kami usahakan 2 kali tanam seperti yang tadi diajarkan, supaya program pemerintah dapat terwujud,” pungkas Tangun.[mbs]