KUALA KAPUAS, MK - Kecamatan Kapuas Kuala merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Kapuas yang menjadi sasaran program Food Estate.
Dengan luas lahan 1.315 hektare, sebagian besar lahan sawahnya hanya ditanami padi lokal 1 tahun sekali (IP100). Dengan adanya program Food Estate, indeks pertanaman di Kapuas Kuala akan ditingkatkan menjadi IP 200 bahkan IP 300.
Intensifikasi lahan selain dapat meningkatkan produksi dan produktivitas, namun juga perlu memperhatikan akan meningkatnya serangan hama dan penyakit jika tidak dibarengi dengan peningkatan kemampuan mengenai pengaturan pola tanam, pemilihan varietas dan pengendalian hama dan penyakit bagi petaninya.
Upaya peningkatan produksi dan produktivitas padi di wilayah Kecamatan Kapuas Kuala melalui intensifikasi lahan bisa jadi akan diikuti juga dengan meningkatnya salah satu faktor pembatasnya yaitu serangan hama dan penyakit.
Maka sangat mungkin petani akan mengambil langkah pintas untuk mengatasinya dengan menggunakan pestisida sintetik/kimia yang memang mudah didapatkan, praktis dan cepat terlihat hasilnya.
Namun jika petani tidak bijaksana dalam penggunaannya dalam jangka panjang dikhawatirkan dapat menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan baik alam abiotik maupun makhluk hidup utamanya pada manusia.
Karena itu, untuk mengantisipasi hal tersebut, BBPP Binuang memberikan pembekalan kepada petani, Penyuluh Pertanian dan Babinsa di Kecamatan Kapuas Kuala dengan kemampuan membuat pestisida nabati dan PGPR.
Pembekalan dilakukan melalui Pelatihan Tematik Padi Lahan Rawa Bebas Residu. Pelatihan dilaksanakan di BPP Kapuas Kuala Kabupaten Kapuas. Pelatihan diikuti 30 peserta terdiri dari petani, Penyuluh Pertanian dan Babinsa.
Fasilitator yang memberi materi tersebut adalah widyaiswara Balai Besar Pelatihan Pertanian Binuang yang berkolaborasi dengan POPT dan Penyuluh Pertanian. Penyampaian materi dengan metode ceramah dan praktik.
“Dengan langsung mempraktikkan cara pembuatan pestisida nabati dan PGPR diharapkan peserta dapat lebih mudah memahami dan mempraktikkannya kembali ketika sudah kembali ke tempat masing-masing,” jelas Adi Widiyanto selaku koordinator akademik pelatihan.
“Diharapkan setelah setelah mengikuti pelatihan peserta mampu dan mau membuat pestisida nabati maupun PGPR dan mengaplikasikannya dalam budidaya padi maupun tanaman hortikultura,” pungkasnya.[advertorial]
Penulis : Adi Widiyanto