BANJARMASIN, MK - Menghargai dan menghormati maestro Anang Ardiansyah akan karyanya yang melengenda, tentu merupakan suatu keharusan.
Didasari ini, Pusat Kajian Kebudayaan Banjar (PKKB) bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia, menggelar seminar nasional (Semnas).
Sembas bertema 'Mengangkat Kearifan Lokal Melalui Lagu Banjar Karya Anang Ardiansyah Dalam Isu Global' ini digelar di Taman Budaya Banjarmasin secara Offline serta secara virtual, Sabtu (7/11/2020).
Lebih dari itu, terdapat pula pameran yang memperlihatkan karya-karya Anang Ardiansyah oleh anaknya sendiri, Riswan Irfani. Dan Pagelaran lagu-lagu Anang Ardiansyah bersama Banua Raya Syimpony malam harinya.
Moderator semnas, Nasrullah merupakan dosen pada Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi FKIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM).
Semnas berjalan cukup alot dan menarik, dengan narasumber Prof Dr Irwan Abdullah Guru Besar Antropologi Universitas Gajah Mada (UGM), Setia Budhi Dosen Antropologi Universitas Lambung Mangkurat (ULM) dan Novyandi Saputra Dosen Pendidikan Sendratasik FKIP ULM.
Menurut Novyandi, melihat jejak Anang Ardiansyah menjadi menarik secara ide gagasan, karyanya sangat kuat mengangkat tradisi lokal banjar.
“Kita bisa menemukan pada lagu-lagu beliau, saya mengira ide-ide itu berasal dari pengalaman dan kejadian-kejadian yang dialami beliau, mengelilingi Sungai Martapura untuk melihat tradisi disana,” ungkapnya di sela pemberian materi.
Turut menambahkan Sethia Budhi, dari segi akademik melihat Anang Ardiansyah adalah orang yang jenius dalam menampilkan tentang orang Banjar dengan kehidupan sungainya, begitu juga dengan identitas orang Banjar di lirik lagunya.
“Seperti 'Kalau melangkah mulai dengan bismillah' itu menandakan orang banjar religius,” imbuhnya.
Yang cukup menarik ialah paparan dari Prof Dr Irwan, beliau adalah orang yang mengabdikan dan memposisikan Banjar dalam musik yang menceritakan Banjar.
"Orang yang sangat brilian didalam melihat dinamika jaman, dia bisa membuat musiknya terombang-ambing tapi tidak tenggelam, terapung terus di atas sungai, ini contoh bagaimana iya survive bertahan dengan sebuah misi membawa Banjar ini kepermukaan bahkan ketingkat dunia,” terangnya.
Turut berhadir juga dalam Semnas, Anggota DPR RI dari Kalsel Muhammad Nur.
“Kami tentunya sangat apresiasi seminar tentang Anang Ardiansyah, harapan kami ke depannya kegiatan ini tidak hanya berhenti sampai disini, identitas lokal ini harus terus digaungkan, kami di DPR RI kalau memang kami nantinya di komisi 10, insya Allah program ini akan kita teruskan untuk tahun-tahun berikutnya,” tegasnya usai acara.
Di sisi lain, Datuk Taufik Arbain Ketua PKKB mengatakan, semakin banyak panggung maka semakin mapan dan berkualitasnya dalam mengembangkan kebudayaan, kecintaan warga dengan kebudayaan Banjar.
Sebagaimana dipahami, katanya, di pusat kajian kelembagaan itu penting dalam mengintegrasikan banyak gagasan dimasyarakat termasuk di politikal pemerintah.
“Seperti pusat kajian kebudayaan banjar ini mencoba mendorong pikiran-pikiran itu dijembatani kepada pemerintah, sehingga kawan-kawan yang berkesenian tetap berkesenian tapi ada pihak yang menjembatani, di situlah integrasi kelembagaan dengan para seniman, itulah yang termasuk kami lakukan di pusat kebudayaan Banjar,” tutupnya.[fuad]