PULANG PISAU, MK - Lahan bergambut sebagian besar disebabkan oleh kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Untuk memulihkan ekosistem gambut tersebut pemerintah melalui program Peningkatan Ekonomi Nasional melakukan berbagai upaya perbaikan ekosistem dan penyelamatan biodiversitas.
Itu disampaikan langsung oleh Asisten II Bidang Ekonomi Setda Pulang Pisau, Ir Hanafi saat mewakili Plt Bupati Pulang Pisau pada kegiatan FGD Konservasi Kehati Ekosistem Gambut dalam Mendukung Peningkatan Ekonomi Masyarakat yang digelar pihak Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan di Aula Bappedalitbang Kabupaten Pulang Pisau, Rabu (25/11/2020).
"Kondisi tersebut mengakibatkan terganggunya keseimbangan fungsi ekologis dan berdampak pada berkurangnya atau hilangnya keanekaragaman hayati berupa flora fauna, perubahan iklim dan tata air serta menurunnya kesejahteraan masyarakat, sebagai akibat lahan usaha terganggu," ucapnya saat membacakan poin sambutan Plt Bupati Pulang Pisau.
Menurut Hanafi, upaya yang harus dilakukan dalam perbaikan ekosistem tersebut meliputi Rewetting, Revegetation, dan Revitalization.
Rewetting sendiri yakni, adalah pembasahan kembali dengan pembangunan sekat kanal, pembangunan sumur bor dan upaya lain yang mendorong basahnya lahan gambut.
Kemudian Revegetation adalah penanaman kembali melalui persemaian, penanaman dan regenerasi alami.
Sedangkan Revitalisasi sendiri adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pertanian, perikanan dan ekowisata.
Meski begitu, lanjut Hanafi, upaya tersebut perlu didukung oleh data dan informasi biofisik, flora dan fauna. Identifikasi dan inventarisasi biodiversitas, khususnya flora dan fauna serta biofisik ekosistem gambut sangat penting dilakukan untuk mengetahui kondisi eksisting untuk pengelolaan selanjutnya.
"Kepentingan pemulihan dan penyelamatan lahan gambut tidak terlepas dari potensi lahan tersebut yang merupakan habitat dari flora dan fauna dilindungi seperti orangutan, burung rangkong, bekantan serta tumbuhan diantaranya kayu ulin, ramin, dan jenis tumbuhan lainnya yang berpotensi obat berguna untuk mengatasi berbagai penyakit, seperti kayu bejakah dan akar kuning," tuturnya.
Di samping itu, lanjut Hanafi, Potensi lainnya di perairan juga sangat mendukung kehidupan masyarakat, seperti ikan dan udang yang bernilai ekonomi tinggi.
Pemanfaatan yang dilakukan dengan intensitas yang tinggi dan eksploitasi periode waktu yang pendek mengakibatkan kelangkaan dan produktifitas hasil yang rendah, hal ini memerlukan upaya pengembangan dan strategi pengelolaan yang baik dan matang.
"Strategi pengelolaan ekosistem gambut yang dapat mensejahterakan masyarakat memerlukan peran serta dan dukungan dari berbagai pihak terkait seperti Dinas Kehutanan, Balai KSDA, BPKH, BPDASHL, KPHP, Taman Nasional, pemerintah desa LSM dan masyarakat," pungkasnya.[manan]