Mempertanyakan Hidup
Oleh Maradona Sihombing
Hidup tak punya ruh tanpa kita hidupkan
Apa kau tak menyadari kita hanya tumpukan
daging membalut tulang?
Selamanya kita hanya perpaduan daging dan tulang
Lalu, kita bergerak karena dituntun ruh yang merasuk
Tapi, hidup tidak cukup sebatas gerak saja
Tuhan sudah begitu baik menitipjan ruh dalam
badan agar mampu bergerak, lalu kita disebut hidup
Namun, hidup bukan sekadar hidup
Hidup harus dihidupkan
Saat kesempatan hidup banyak disia-siakan
Sesungguhnya kita telah membunuh kehidupan
Adakah makna hidup dari setiap kehidupan yang ada?
Biarlah hidup yang menjelaskan karena, hidup ini
terlalu sukar jika hanya dijelaskan dengan kata-kata
BIODATA
Maradona Sihombing, lahir di Dusun Bintais Jae, Labuhanbatu, Sumatera Utara. Menyelesaikan S1-nya dari Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir, pada jurusan Syariah Islamiyah (2013). Ia tinggal di dusun kelahirannya. Facebook Maradona Sihombing. Puisi-puisinya pernah dimuat di Koran Expos Independent, Sumatera Utara. Beberapa karya yang telah ia hasilkan seperti Mutiara 2 Negeri (Insan Cita, 2014), antologi puisi Dongeng Sang Jenderal (Qudsiyah Press, 2014), antologi puisi Ibu dalam Balutan Rindu – 70 Penyair Indonesia (FAM Publishing, 2015), antologi puisi Tentang Kota yang Menjaga Takbir dalam Degup Dada – 80 Penyair Indonesia (FAM Publishing, 2015), Ensiklopedi Penulis Indonesia Jilid 3 – 32 Penulis Indonesia (FAM Publishing, 2015), memoar Kinanah (Pintukata, 2016), Buku Putih (Prima, 2016), Batak Juga Muslim (2016) - sudah dibedah di koran Harian Analisa, Mengantar Bintang ke Angkasa (2017), Puisi untuk Nabi (2017), Catatatan Perjalanan – Jogja Istimewa (2018), Masa Terindah (2018), dan Berantakan (2018), dan Sajak Cinta untuk Ibu (2019).
by #SastraBanua Facebook