TAMIANG LAYANG, MK - Seno Aji, banyak dikenal di Kecamatan Paju Epat. Bahkan sosoknya sudah tidak asing lagi di dunia tani Barito Timur, Kalimantan Tengah, terutama hortikultura.
Lima tahun sudah dunia hortikultura ditekuni Seno. Awalnya hanya pada lahan yang tidak begitu luas, namun kini sudah mampu Ia kembangkan hingga 2 hektare dengan aneka komoditas hortikultura dan buah melon varietas Golden.
Pengalaman 5 tahun cukup menjadikannya matang di dunia hortikultura. Tentu tidak mudah perjalanan selama 5 tahun harus Ia lalui dalam pengembangan hortikultura ini. Banyak tantangan dan masalah yang harus Ia hadapi.
Sebut saja, mulai dari perambahan lahan tanam yang ditumbuhi tanaman perkebunan, masalah OPT hortikultura, hingga masalah budidaya tanaman.
Seno Aji adalah pribadi hangat dengan cita-cita tinggi dan memiliki pandangan yang jauh ke depan. Cita-citanya yang ingin menjadikan Barito Timur sebagai sentra produksi untuk hortikultura, tidak hanya Ia suarakan dengan lisan, tapi ditunjukkannya dengan aksi nyata.
“Selama ini kita hanya membeli sayur, buah dari luar Barito Timur, yang tentu saja mahal karena harus diimbangkan dengan biaya transportasi barang," ungkap Seno, Jumat (22/1/2921).
Seno mengaku mempunyai impian suatu saat nanti masyarakat Kabupaten Barito Timur tidak lagi mengimpor sayur dan buah dari luar Barito Timur.
"Tapi akan membeli dan menikmati sayur, buah lokal dengan harga murah dan kualitas yang terjamin dari kabupaten Barito Timur sendiri," tuturnya.
Sejak tahun 2015, Seno Aji dengan bantuan BPP PAJU EPAT telah berhasil merubah pola pikir petani sekitar, dari hanya bertani komoditas perkebunan ke pengembangan bertani hortikultura. Kemudian menghimpunnya dalam Kelompok Tani (Poktan) Sabar Subur.
Keberhasilan lain yang dicapai Kelompok Tani Sabar Subur saat ini adalah mampu menyuplai sayur dan buah di pasar lokal Tamiang Layang. Dengan suplai sayur dan buah dari Kelompok Tani Sabar Subur, pengendalian harga pasar terhadap buah dan sayur bisa lebih mudah.
Misalnya di saat ini harga cabe di luar Barito Timur mencapai Rp90 ribu, tapi di pasar lokal masih dalam jangkauan Rp70 ribu dengan 80 persen cabe berasal dari lahan Kelompok Tani Sabar Subur. Ini adalah bukti nyata kerja keras dari Seno Aji.
Hal ini seiring dengan arahan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Prof Dedi Nursyamsi, dalam Rapat Kerja Nasional yang menegaskan bahwa tujuan pembangunan pertanian adalah menyediakan kebutuhan pangan bagi 273 juta jiwa, meningkatkan kesejahteraan petani dan menggenjot ekspor 3 kali lipat selama 5 tahun.
Selain itu, pertanian juga harus berorientasi bisnis, menguntungkan agar tetap berkelanjutan. Seluruh petani, praktisi pertanian, dan stakeholder pertanian harus bekerja keras dan berjuang untuk pertanian Indonesia yang berkelanjutan.[advertorial]
Penulis : Lukman/Dhani