BINUANG, MK – Program Food Estate telah digulirkan bagai dua sisi mata uang. Program ini berperan untuk percepatan memakmurkan petani dan swasembada pangan nasional, di lahan sub optimal.
Dalam arti luas ruang lingkup Food Estate tidak hanya mencakup komoditas padi, jagung dan palawija semata, namun semua komoditas yang menyediakan bahan pangan.
Salah satunya yang masih dipandang remeh, padahal tanaman ini merupakan tanaman yang kaya karbohidrat, vitamin, mineral, dan nutrisi kesehatan bagi manusia. Apalagi di era pandemi Covid-19.
'Bahan pangan ini bahkan sudah menjadi pangan yang merakyat dan sejak masa sulit pangan dan paceklik di era revolusi fisik dan era penjajahan, telah banyak menjadi juru selamat bagi rakyat. Komoditas tersebut adalah Pisang,” tutur Budiono saat menjadi narasumber Bimbingan Tekbis online Wisatani ke-36.
Namun, lanjutnya, komoditas ini sejak dekade 1990-an, banyak mengalami hambatan bahkan hingga mengganggu ekspor hingga pasokkan dalam negeri mengalami tekanan dari pisang impor.
Kepala BBPP Binuang, Dr Ir Yulia Asni Kurniawati M.Si menambahkan, BBPP Binuang mendorong Gakpotan/FK P4S Kalimantan Timur, dan merealisasikan peluang ekspor dan sudah dibuktikan.
"Di mana pada tahun 2019 telah berhasil ekspor pisang ke Malaysia. Melalui pelabuhan Samarinda menuju Malaysia,” jelas Yulia.
Setelah dipelajari, penyebab utama merosotnya produksi pisang pada tahun 2002-2003; 2009-2010 dan 2014-2015 sebesar 63 persen disebabkan kerusakan tanaman pisang oleh serangan penyakit Fusarium Oxysporoum dan Pseudomonas solanacearum.
Memperhatikan hal tersebut pada kesempatan ini, artikel yang disusun berdasarkan hasil kajian, pengalaman lapangan dan prospek ekspor di masa datang untuk mendongkrak percepatan pemulihan ekonomi, ketahanan pangan dan devisa negara.
"Pengendalian penyakit ini harus dilakukan secara masih dan terkoordinasi secara serempak," imbuhnya.
Menurutnya, pengendalian penyakit tersebut harusnya sederhana, aman, cepat, ampuh, dan mudah (SACAM) dikontrol keberhasilannya. Salah satunya adalah pemanfaatan pestisida nabati untuk mengendalikan penyakit ini.
Sementara itu, saat Bimbingan Teknis Wisatani ke-36, Budiono yang juga Widyaiswara BBPP Binuang, pada Rabu 25 November 2020 menyampaikan cara pembuatan dan penerapan di lapangan.[advertorial]