Bocah-Bocah Kecil di Palestina
Bocah-bocah kecil di Jalur Gaza,
cerita derita trauma peperangan
orang tua mereka tewas dalam ledakan
saudara-saudara tua mereka entah di mana
bergabung dalam pasukan Hamas angkat senjata
mungkin sudah syuhada
operasi militer pasukan zionis israel menerpa
lakukan aksi pendudukan wilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza
dimulai dari Juni 1967 awal prahara
sebelumnya, seusai perang dunia pertama
Inggris menjadikan pembentukan negara yahudi di bumi Palestina
dan di tanah tempat tinggal mereka
kini berdiri perkampungan yahudi merajalela
Bocah-bocah kecil di Jalur Gaza,
lahir dalam konflik antar bangsa
dibesarkan perang dan blokade ekonomi negara tetangga
dalam ketakutan dan teror zionis durjana
kedamaian dan kemerdekaan teraniaya
perang yang melanggar berbagai ketentuan
hukum, militer dan kemanusiaan
perang yang melanda
bukan lagi karena agama
tapi kejahatan kemanusiaan
pembantaian
Bocah-bocah kecil di Jalur Gaza,
mengaji diantara desingan peluru
belajar dalam dentuman bom menderu
mereka buat kamus kata
versi bocah-bocah Gaza:
Harb; perang
Qashafun; serangan
Dimar; kehancuran
Apache; F-16
Thairun; pesawat tempur
Qadzifah; misil
Sababah; mobil tank
Sharukh; roket
Pushfur Abyadh; bom phospor putih
Dima’; darah
Muhriqah; holocaust
Asyla; tubuh yang tercerai berai
Bocah-bocah kecil di Jalur Gaza,
zionis israel terus lakukan pembantaian
anak-anak dan wanita menjadi korban
tempat tinggal dan rumah sakit dihancurkan
sekolah, masjid dan gereja tidak ketinggalan
kebiadaban keji mengoyak perasaan
Bocah-bocah kecil di Jalur Gaza,
mereka bermain diantara puing dan tangisan
saat terjaga dari tidur telah membayang kegetiran
dentuman bom tiada lagi mengejutkan
karena tangisan terus berderai mengiringi syahidnya kematian
mengiris hati menyayat nurani keyakinan
di dalam kamar terlihat darah berceceran
peluru yang menembus tubuh saudara
bom yang membakar orang tua dan keluarga
perang tidak hanya meninggalkan korban jiwa
namun menyisakan derita pada anak-anak yang tiada berdosa
perang seakan membuat jiwa mereka usia dewasa
sekalipun tubuh masih kecil dan kurus memikul derita
Bocah-bocah kecil di Jalur Gaza,
‘Alaa Syawa’ gadis cilik berusia enam tahun
tidak lagi percaya kepada ibunya saat bercerita di malam keheningan
tentang kisah yang menarik untuk pengalih perhatian
kadang ia memotong cerita dengan mengatakan:
“mama … .. pohon sudah mati dan mobil tank lapis baja telah menghancurkan rumah”
“bahkan laila tidak dimakan oleh srigala ... tapi dimakan oleh penjajah!”
sementara Samir saudara laki-laki Alaa Syawa
melemparkan permainannya jauh dari jiwa
dan memberitahukan kepada saudara perempuannya
bahwa israel akan memenggal kepala mereka
keadilan akankah punya arti
kedamaian apakah hanya mimpi
Bocah-bocah kecil di Jalur Gaza,
dalam usia muda mereka mengenal beragam jenis pesawat terbang militer
dan mereka dapat membedakan antara suara ini dan itu bagai dzikir
sementara di tengah kota yang hancur lebur
ketenangan dan kedamaian telah terkubur
mereka berusaha mengumpulkan sisa kayu yang berserakan
untuk dapat menyalakan api di malam gelap nan dingin tak terelakkan
menghangatkan tubuh menahan tangisan
di samping rumahnya yang menjadi puing penderitaan
sementara yang lain mencari apa saja yang bisa diselamatkan
dari perabot dan perkakas rumah yang dulu mereka gunakan
dan bocah yang lain lagi mencari buku-buku pelajaran
yang telah tercabik-cabik menjadi serpihan
bagi hati yang tak tersentuh melihat dan mendengar penderitaan mereka
tak layak disebut sebagai manusia
Bocah-bocah kecil di Jalur Gaza,
Said adalah seorang anak yang masih berusia 9 tahun
berkata kepada seorang guru menggambar
sesudah diperlihatkan tentang laut hitam:
“warna ini terjadi oleh karena perang”
adapun kawannya As’ad
memberitahukan kepada gurunya
bahwa hewan-hewan hanyalah kebun
dan burung-burungnya banyak yang telah mati
karena itulah dia membawa sangkar yang kosong
Bocah-bocah kecil di Jalur Gaza,
ironi meraka berkata:
“perang mengajarkan pada kami untuk berani”
“perang mengajarkan pada kami untuk menolong satu sama lain"
“tapi yang paling kami inginkan adalah menghapus perang”
"kami ingin bermain dan berharap bisa melupakan para musuh, lupa begitu saja"
“dan kami ingin tidak ada lagi anak yang mati”
“kehilangan orang tua”
“rumah yang tinggal puing”
sementara yang lain berkata:
“bawa kami menemui ibu di surga”
Bocah-bocah kecil di Jalur Gaza,
diantara hujan bom israel
diantara serangan tank-tank israel
terdengar jerit tangis bayi menahan sakitnya luka
derita di balik blokade Gaza
perdamaian hanya lagu biasa
gencatan senjata hanya sementara
karena darah kan kembali tertumpah
Bocah-bocah kecil di Jalur Gaza,
menjalin cerita intifadhah dan penjara
yang di buka penjajah negara mereka
di isi dengan warga mereka yang ditangkap
yang tak lain ayah dan saudara mereka
Negev; di penjara tersebut terdapat lebih dari seratus ribu tahanan;
mereka dikurung dalam canton -canton penjara pengasingan;
yang dirancang untuk melakukan tekanan dan pemaksaan terhadap tahanan
mereka dieksekusi dengan berbagai bentuk penghinaan dan penganiayaan;
mulai dari memaki-maki, menyiksa dengan kerasnya pukulan
bahkan dipaksa telanjang tanpa pakaian
hingga gas beracun yang disemprotkan
ada pula metode terapi kejut pada sejumlah tahanan
terutama setelah lewat tengah malam dalam udara yang dingin menikam;
para tahanan dipaksa untuk keluar dari penjara menuju halaman
duduk di atas tanah tanpa memperhitungkan kondisi cuaca;
panas yang tinggi atau dingin yang menusuk tulang rawan
dan hujan yang menghujam keyakinan
mereka dikelilingi oleh prajurit bersenjata berat
serta gas dari berbagai arah dan sisi
kemudian melakukan penghitungan satu per satu
lalu melanjutkan operasi dalam lamanya waktu
di tempat tersebut mereka menyebarkan berbagai serangga
binatang reptil beracun untuk siksa
selain itu, mereka dilarang untuk dikunjungi oleh keluarga
dan mencegah keluarga tahanan yang datang untuk berjumpa
walaupun setelah melakukan perjalanan panjang dan sulit
serta menghadapi prosedur yang rumit dan berbelit
untuk sekadar memberikan pakaian dan makanan
kepada anak dan keluarga mereka yang ditahan
kejahatan ini adalah merupakan awal dari proyek amerika zionis
yang ingin menguasai lokasi
memisah-misahkan wilayah Palestina hingga habis
dan merampas sumber daya alamnya
menghilangkan komitmen mereka
terhadap nilai-nilai dan peradaban Islam yang terdapat di dalamnya
sehingga hari-hari yang tidak pernah merasakan nikmatnya kestabilan
kecuali terus silih berganti peperangan
pertumpahan darah dan kehancuran
bercerai-berai serta kesemrawutan
Bocah-bocah kecil di Jalur Gaza,
dalam suatu artikel disebutkan
tentara-tentara zionis menculik anak-anak muda Palestina
anak-anak muda itu dikembalikan lagi pada keluarganya
dalam keadaan meninggal dunia
setelah diambil organ tubuhnya
dijual untuk orang-orang kaya di negara adikuasa
Bocah-bocah kecil di Jalur Gaza,
paru-parunya bernafas dalam mesiu kelabu
matanya menatap perbatasan yang dijarah bersimbah darah
tangannya telah belajar menggenggam AK47
berdirinya negara Palestina
merupakan hak mutlak bangsa yang terusir dan dihina
Bocah-bocah kecil di jalur Gaza,
kapal-kapal rombongan misi kemanusiaan ke jalur Gaza
dihadang torpedo zionis
pada saat yang sama ratusan ribu jiwa
termasuk anak-anak tak berdosa
kelaparan membayangi blokade ekonomi
rintihanmu lenyap dalam bisingnya kepentingan politik
ketika dunia mengutuk israel
karena aksi serangan brutal
ya, banyak yang mengutuk tapi hanya di mulut
PBB bagai tong kosong nyaring bunyinya
bagi zionis, AS adalah sahabat sejatinya
Bocah-bocah kecil di Jalur Gaza,
dengarlah cerita sejarah invansi
sigapnya AS dan sekutunya dalam situasi
Jerman Korea terbelah bertahun-tahun
Jepang rata disapu nuklir
Vietnam menyimpan luka gerilya
Irak hingga kini tiada stabil
Bosnia menyimpan kisah pilu pula
tapi israel tetap jumawa
karena AS punya hak veto
PBB tiada berdaya
israel paksakan hegemoni sikapnya
merasa berada di atas hukum
paksakan.pembangunan permukiman yahudi
sementara negara-negara Arab pura-pura tak melihatnya
................
Bocah-bocah kecil di Jalur Gaza,
angkat senjata
syahid di depan mata
Gelombang Intifadhah Al-Aqsha
Sementara di sini
Bocah-bocah kecil di Indonesia,
nusantara negeri katulistiwa
banyak bocah pula masih merana
bukan karena perang nyata
tapi pendidikan dan ekonomi masih mendung yang ada
kolusi korupsi merajalela
Bocah-bocah kecil di Indonesia,
untuk sesuap nasi mengamen di lampu merah kita
di sisi mobil mewah yang berlalu dengan angkuhnya
Bocah-bocah kecil Gaza
Bocah-bocah kecil negeri Palestina
Bocah-bocah kecil Indonesia
Bocah-bocah kecil teraniaya
bagi hati yang tak tersentuh melihat dan mendengar penderitaan mereka
tak layak disebut sebagai manusia
(ARAska Banjar.Bjm.Kalsel.080610-Juli 2014)
BIODATA:
ARAska Banjar adalah nama pena atau nama panggilan dari A.Rahman Al Hakim, lahir di HSU pada 15 Sya'ban 1397 Hijriyah dan tinggal di Banjarmasin. Ia pernah menjadi santri di Ponpes Darussalam Martapura, kini berprofesi sebagai Jurnalis dan Bertani, serta Instruktur Seni Budaya pada beberapa organisasi seni dan Terapis di Lanting Banjar Terapi.
Telah menggeluti jurnalistik semenjak mahasiswa di salah satu Universitas di Kalsel, konsisten sebagai aktivis lingkungan, seni budaya dan pendidikan, hingga menjadi penyiar seni budaya di beberapa radio. Beragam aktivitas seni budaya dijalani, dari silat, teater, lukis, kriya, tari, musik dan sastra, serta menjadi juri di berbagai lomba seni dan budaya.
Karya sastranya, seprti Esai, Cerpen, Prosa dan terutama Puisi, dimuat dalam beragam media massa cetak maupun online, serta tersebar dalam puluhan antologi bersama sastrawan lokal maupun secara nasional.
ARAska Banjar bisa dihubungi melalu Twitter @araskata, Facebook araska banjar dan WhatsApp 0895634901242.
Keterangan :
Puisi berjudul “Bocah-Bocah Kecil PALESTINA”, dimuat dalam Antologi Puisi ASPeG (Aksi Sastra Peduli Gaza), dengan judul antologi “ABAD BURUNG GAGAK DI TANAH PALESTINA”, cetakan pertama September 2015. Puisi “Bocah-Bocah Kecil PALESTINA” berada pada halaman 108 sd 122, sebagai puisi Epilog. Ada sekitar 30 penyair se-Indonesia yang karyanya dimuat dalam antologi “ABAD BURUNG GAGAK DI TANAH PALESTINA” yang berjumlah 124 halaman ini.
Sayangnya puisi “Bocah-Bocah Kecil PALESTINA”yang dimuat dalam antologi tersebut, mengalami perubahan yang dilakukan oleh penerbit tanpa ijin penulisnya, yaitu perubahan bentuk abjad, judul puisi, beberapa kata dan kalimat, serta struktur tipografinya.
Puisi “Bocah-Bocah Kecil PALESTINA”yang ditampilkan di media online ini, sesuai dengan naskah aslinya dan perbaikan ulang yang dikirimkan ulang oleh penulisnya, yang membedakan hanya pada struktur tipografi, karena pada naskah aslinya dengan struktur tipografi kombinasi rata kiri, tengah dan kanan antara satu bait dengan bait lainnya.
Puisi “Bocah-Bocah Kecil PALESTINA”sebelum dimuat dalam antologi, meraih peringkat pertama dalam Lomba Cipta Puisi Forum Lingkar Pena (FLP) Banjarmasin pada Juli 2010.
Terkait ditemukannya perubahan puisi dari naskah aslinya, ARAska Banjar selaku editor naskah dalam Antologi “ABAD BURUNG GAGAK DI TANAH PALESTINA”, meminta ma’af kepada penulis puisi yang karya sastranya mengalami perubahan, karena ternyata dalam hasil cetak Antologi “ABAD BURUNG GAGAK DI TANAH PALESTINA”, terdapat perubahan naskah puisi yang tidak dilakukan oleh editor.
Naskah puisi dikirimkan penulis ke Panitia ASPeG, yang kemudian semua kumpulan naskah dikirimkan lagi ke editor. Beberapa naskah puisi yang struktur tipografinya tidak sesuai, atau ada kata/kalimat yang lebih menjurus SARA, lalu dikonfirmasi ulang oleh editor ke penulisnya untuk diperbaiki, atau saran perbaikan yang diajukan editor, mendapat ijin dari penulisnya. Kemudian semua naskah yang sudah selesai di edit, kembali dikirimkan ke Ketua Panitia ASPeG.
Panitia ASPeG, selanjutnya mengirimkan ke penerbit untuk di cetak. Dan disinilah masalah terjadi, karena hasil cetak Antologi “ABAD BURUNG GAGAK DI TANAH PALESTINA”, ditemukan beberapa perubahan pada puisi-puisnya. Ada yang tanda titik, koma, petik berubah. Ada bentuk abjad berubah. Ada judul puisi yang berubah. Ada struktur tipografi puisi berubah. Perubahan yang tanpa konfirmasi dengan Ketua Panitia ASPeG, atau dengan Editor, atau dengan penulisnya sendiri.
Ketua Panitia ASPeG menyatakan, ia tidak ada melakukan perubahan, karena kumpulan naskah yang dikirimkan editor, itulah yang dikirim ke penerbit. Maka, besar kemungkinan perubahan naskah tanpa ijin telah dilakukan oleh penerbit.
Catatan :
Menyimak tiap jalinan kata yang merangkai larik menjadi bait, di antara duka dan luka. Gaza, kota di perbatasan Palestina, tanah mereka yang dirampas.
Duka dan luka Gaza di antara kematian, hiasi malam. Duka dan luka Gaza, anak-anaklah yang menjadi korban. Duka dan luka warga Gaza yang berbingkai ketabahan dan ketegaran, bertahan di antara puing-puing reruntuhan bangunan, membuat hati yang peduli turut merintih, hingga menggores pena.
Darah yang membasahi bumi Gaza, adakah kepedulian untukmu Bocah-bocah kecil di Jalur Gaza?
Persoalan yang terjadi di Gaza, bukan lagi masalah agama, tapi adalah masalah kemanusiaan. Tanah anak-anak Palestina dirampas dan puluhan tahun Palestina berada dalam penindasan Zionis Israel yang didukung oleh negara-negara adikuasa!
Dikutip dari laman web wikipedia, Zionisme adalah gerakan nasionalis Yahudi internasional yang menghasilkan negara Israel di wilayah Palestina. Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1975 dari Resolusi 3379. Resolusi ini menyatakan bahwa Zionisme adalah sebuah bentuk rasisme. Disaat munculnya gerakan zionis ini membuat hak-hak Palestina dirampas terutama pada Anak-anak, banyaknya kekerasan terhadap anak-anak yang dilakukan Zionis membuat Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, António Guterres meminta Israel untuk menghentikan penggunaan kekerasan senjata terhadap anak-anak. Israel sebagai negara Zionis diberi label oleh PBB sebagai salah satu negara yang menjadi pembunuh anak terbesar di dunia. #israelTeroris, #israelPembunuhanAnakAnakdanWanita, #israelBiadab, #israelTerkutuk, #SaveGaza, #SavePalestina
by #SastraBanua Facebook