Puisi oleh Ali syamsudin Arsy
laporan terakhir bahwa lebaran di Palestina
ternyata banyak kembang api
yang mudik melewati angkutan udara
dan mendarat dengan suka cita
di atas puing-puing batu bata beton bangunan
yang seketika itu juga menimbun sanak saudara
saat mereka mengucapkan
allahu akbar allahu akbar allahu akbar,
sekilas info mudik lebaran
di salah satu sudut bangunan yang porak-poranda,
tak lama setelah itu kain-kain kapan warna putih pun keluar
dari hiruk pikuk orang-orang dengan bersama-sama menyerukan,
"Kita telah mendapat paket lebaran
dari orang-orang yang sangat mencintai hidup kita
dan akan merencanakan lebih banyak lagi paket dijatuhkan
dengan suka-cita dari sarang-sarangnya nun jauh
dari jangkauan kemampuan kita
karena kita tak bisa bersuara
bahkan sangat luar biasa
banyaknya paket lebaran tahun ini seperti kita
dengan sangat tergesa-gesa menguburkan saudara remaja kita
orang tua kita bahkan anak-anak kecil kita
yang semuanya mengingatkan kita
kepada perjuangan hidup bayi-bayi di dalam tabung
hingga akhirnya aliran listrik ke rumah sakit pun sudah tak ada
dan paket lebaran tahun ini adalah yang paling meriah,"
dan suara dentuman semakin ramai saja
debu-debu memisahkan diri tercerai-berai
sama halnya dengan pecahan anggota tubuh
tangan kanan ke bagian pintu rumah
bagian kuping melayang jauh menampar tembok
patah tulang kaki menuju lurus kaca jendela
kulit terkoyak di sisi kiri
kepala melayang melengkung lambai-lambai
ke bagian lemari baju yang bersamaan waktunya
tak dapat lagi dikenali ini baju siapa
yang itu celana siapa
dan di setumpuk kain lain sangat sulit membedakan
mana selimut dan yang mana tulang-tulang bagian dada,
"Lihatlah ujung roket itu datang tepat di atas kepala kita,
ayo melompatlah ke bagian sisi kiri dan kanan
karena di muka kita bentangan kawat pagar berduri,
hati-hati kaki kalian jangan sampai tersentuh olehnya,
ujung wajah roket itu sebagai bagian dari kiriman paket lebaran
sungguh membuat kita sangat sulit bernapas
dan sangat sulit membedakan antara kiriman ampau
ataukah hanya mainan anak-anak di kota lain
yang kini dengan ceria tertawa
bahkan kita dijadikan bahan tontonan belaka
allahu akbar allahu akbar allahu akbar
gema suara melangit di udara lepas selepas-lepasnya,"
debu-debu batu-batu dalam laporan terkini
telah menyambut kiriman paket lebaran,
"Telah sampai dengan selamat
dan meledak sesuai dengan rencana
di salah satu pusat komunikasi
juga rumah sakit dan pembangkit listrik,
bahkan tidak lama lagi akan datang di pusat-pusat perbelanjaan
dan pusat-pusat pengolahan air minum untuk semua warga,
tanpa kecuali,
yang jelas paket selalu saja mengobarkan api
dan pecahan rintih serta jerit kematiannya,"
tak punya banyak warna di dalam paket lebaran tahun ini
hanya ada sebuah kata
bahwa tanah kita sedang sulit menolaknya
BIODATA
Ali Syamsudin Arsi, lahir di Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan pada 5 Juni 1964, dengan nama Syamsudin. Alumnus Jurusan Bahasa dan Seni Universitas Terbuka. Menulis puisi, cerpen, dan esai sastra sejak 1980-an. Tulisannya dipublikasikan di harian Banjarmasin Post, Dinamika Berita, Media Masyarakat, Radar Banjarmasin, Media Kalimantan, Mata Banua, Sinar Kalimantan (Banjarmasin), harian Surya (Surabaya), dan di beberapa media cetak lainnya. Buku kumpulan puisi tunggalnya, antara lain: ASA (1986), Seribu Ranting Satu Daun (1987), Tafsir Rindu (1989, 2005), Anak Bawang (2004), Bayang-bayang Hilang (2004), Pesan Luka Indonesiaku (2005), Bukit-bukit Retak (2006), Gemuruh (2014), Buku Setengah Tiang (2015), dan Stadium Tanah Ibu (2020). Tujuh buku karya sastranya bertitel ‘Gumam Asa’ yang telah diterbitkan adalah: Negeri Benang pada Sekeping Papan (2009), Tubuh di Hutan-hutan (2009), Istana Daun Retak (2010), Bungkam Mata Gergaji (2011), Gumam Desau dan Esai-esai (2013), Cau Cau Cua Cau (2014), dan Jejak Batu Sebelum Cahaya (2014). Juga menerbitkan satu buku Pantun Berkait (2015). Sejumlah puisinya juga dimuat dalam puluhan antologi bersama.
Di sela profesinya sebagai seorang guru di SMP Negeri 11 Banjarbaru, ia juga mengelola lembaga Kindai Seni Kreatif yang didirikan sejak tahun 2016, di Landasan Ulin Utara, Banjarbaru.
Keterangan :
Puisi yang berjudul “PAKET LEBARAN TELAH TIBA DI PALESTINA” dimuat dalam Antologi Puisi ASPeG (Aksi Sastra Peduli Gaza), dengan judul antologi “ABAD BURUNG GAGAK DI TANAH PALESTINA”, cetakan pertama September 2015.
Puisi “PAKET LEBARAN TELAH TIBA DI PALESTINA” berada pada halaman 25 sd 28. Ada sekitar 30 penyair se-Indonesia yang karyanya dimuat dalam antologi “ABAD BURUNG GAGAK DI TANAH PALESTINA” yang berjumlah 124 halaman ini.
Catatan :
Menyimak tiap jalinan kata yang merangkai larik menjadi bait, di antara duka dan luka. Gaza, kota di perbatasan Palestina, tanah mereka yang dirampas.
Duka dan luka Gaza di antara kematian, hiasi malam. Duka dan luka Gaza, anak-anaklah yang menjadi korban. Duka dan luka warga Gaza yang berbingkai ketabahan dan ketegaran, bertahan di antara puing-puing reruntuhan bangunan, membuat hati yang peduli turut merintih, hingga menggores pena.
Darah yang membasahi bumi Gaza, adakah kepedulian untukmu Bocah-bocah kecil di Jalur Gaza?
Tanah anak-anak Palestina dirampas dan puluhan tahun Palestina berada dalam penindasan Israel yang didukung oleh negara-negara adikuasa! #israelTeroris, #israelPembunuhanAnakAnakdanWanita, #israelBiadab, #israelTerkutuk, #SaveGaza, #SavePalestina
by #SastraBanua Facebook