KEBUTUHAN produksi itik, daging dan telur yang sangat tinggi, masih perlu ditingkatkan. Hal ini dirasakan sangat tingginya permintaan pasar akan produk itik, baik bibit, telur dan daging itik.
Upaya pemenuhan kebutuhan ini sangat dipandang perlu untuk meningkatkan kemampuan produsen untuk menghasilkan produk tersebut.
Desa Mamar, Kecamatan Amuntai selatan kabupaten Hulu Sungai Utara, Provinsi Kalimantan Selatan merupakan salah satu wilayah penghasil produk itik yang terkenal hingga saat ini, yang juga dikenal sebagai desa sentra penetasan itik Alabio.
Di sentra pembibitan itik di desa Mamar ini, 80 persen masyarakat Alabio merupakan penghasil bibit itik serta peternak itik.
Arsuni merupakan salah seorang produsen penetasan itik hingga saat ini. Berbagai teknologi telah beliau coba, termasuk teknologi penetasan otomatis yang dinilai kurang efisien dari aspek biaya juga presentase keberhasilan penetasan masih relatif rendah.
Sehingga beliau hingga saat ini menggunakan alat mesin tetas sederhana, efisiensi biaya produksi, serta presentase keberhasilan yang lebih tinggi dibanding mesin tetas otomatis.
Bahkan beberapa lembaga pendidikan dan lembaga penelitian ternak juga sempat berkunjung untuk mempelajari mesin tetas sederhana yang digunakan oleh Arsuni.
Pasalnya, alat tetas sederhana ini hanya menggunakan elemen kawat penghasil panas dengan konsumsi listrik yang rendah selama satu minggu dan sebagai kontrol suhu otomatis agar tetap stabil dengan menggunakan thermostat.
Sedangkan proses berikutnya hanya memindahkan dari rak pemanasan ke rak berikutnya yang hanya menggunakan penutup karung berlapis untuk pengaturan suhu tetasnya.
Dengan demikian, Arsuni dapat mengefisiensikan biaya hingga 80 persen, terutama dari penggunaan listrik.
Untuk mendapatkan telur yang akan ditetaskan berkualitas, selain beliau memiliki ternak sendiri juga bermitra dengan beberapa peternak itik penghasil bibit telur itik tetas. Hal ini beliau lakukan untuk mencukupi kebutuhan telur itik tetas yang berkualitas.
Namun demikian, saat ini kebutuhan telur itik tetas berkualitas ini menjadi kendala, sehingga beberapa mesin tetas telur itik miliknya tidak beroperasi karena kekurangan telur yang berkualitas untuk ditetaskan.
"Untuk mendapatkan telur itik yang berkualitas untuk ditetaskan tidak bisa didapatkan di sembarang peternak, karena ada perlakuan khusus untuk indukan itik untuk menghasilkan telur yang berkualitas, manajemen pakan dan perkandangan yang bersih harus benar-benar dijaga,” jelas Arsuni.
Produksi bibit yang dihasilkan per bulan oleh Arsuni masih berkisar hingga 12.000 DOD per bulan. Ini tergolong masih kurang jika melihat pasaran.
Sehingga menurutnya ini masih ada pekerjaan rumah yang harus digarap oleh para peternak dan penghasil bibit itik agar dapat mencukupi kebutuhan di pasaran akan produk-produk dari itik.[advertorial]