PEMBERDAYAAN Kelompok Tani (Poktan), menjadi topik pada acara Widyaiswara Sapa Petani (Wisatani) sesi ke-58 yang dilaksanakan oleh Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Binuang pada 16 Juni 2021.
Topik tersebut dipilih dengan alasan masih banyak permasalahan Kelompok Tani dalam pengelolaannya.
Narasumber pada sesi ini adalah Widyaiswara BBPP Binuang, yaitu Yusuf Rijayanto MA dan Soleh Wahyudi S,ST M.Ikom.
Acara tersebut diawali dengan pembukaan kegiatan oleh Kepala BBPP Binuang, Dr Ir Yulia Asni Kurniawati M.Si. Dalam pembukaan, Ia menyampaikan pentingnya pemberdayaan kelompok tani.
Menurutnya, dengan pemberdayaan diharapkan kelompok tani dapat menyadari permasalahan yang mereka hadapi. Mereka juga memiliki kemauan serta kemampuan untuk mengatasinya sendiri.
"Diharapkan pelatihan ini dapat menambah wawasan para penyuluh khususnya yang nantinya dapat melakukan pendampingan terhadap kelompok tani binaannya agar menjadi kelompok tani yang kuat dan mandiri," jelasnya.
Pada sesi pelatihan ini, narasumber tidak hanya menggunakan metoda ceramah atau penjelasan satu arah akan tetapi juga digunakan metoda diskusi.
Hal ini, menurut Yulia, karena materi kelompok tani sudah banyak diketahui, bahkan pembinaan terhadap kelompok tani selalu dilakukan oleh para peserta pelatihan sebagai penyuluh.
Narasumber menyampaikan bahwa kelompok tani dalam kegiatan pemberdayaan bukan sebagai objek akan tetapi mereka harus menjadi subjek. Partisipasi seluruh anggota kelompok tani harus sangat ditonjolkan.
"Dan ini adalah salah satu prinsip dalam pemberdayaan selain itu juga dalam prinsip pemberdayaan kelompok tani adalah keswadayaan," terangnya.
Dalam pelatihan ini disampaikan bahwa kelompok tani dalam mengelola organisasinya harus mampu mengidentifikasi masalah dirinya, merencanakan pemecahannya, melakukan pemecahan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya serta memanfaatkan fasilitas atau bantuan yang sering diperolehnya. Kelompok tani juga harus mampu melakukan evaluasi kegiatan-kegiatan yang sudah dilaksanakannya.
Melalui kelompok tani yang memiliki kemampuan, kekuatan mandiri, diharapkan tidak ada lagi pengelolaan usaha taninya yang dilakukan secara individu, melainkan dilakukan secara bersama melalui kelompok, maksudnya mulai dari pengadaan sarana produksi hingga kegiatan pemasaran dilakukan melalui kelompok.
Banyak pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh peserta pelatihan tentang kelompok tani yang sampai saat ini masih banyak menunggu bantuan-bantuan dari pemerintah.
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dalam hal pemberdayaan kelompok tani harus berperan sebagai pendamping yang banyak mendorong agar petani menjadi mandiri diatas kemampuannya.
Bila petani mau menyadari kekuatannya, melalui kelompok mereka dapat mengatasi semua hal yang selama ini menjadi masalahnya.
Narasumber mengingatkan pertemuan kelompok yang dilakukan secara rutin atas kemauannya sendiri merupakan salah satu cara untuk menjadi kompak dan kuat.
Untuk itu, pertemuan rutin tersebut harus terus dilakukan dengan topik-topik pertemuan yang memberikan manfaat bagi anggota kelompok tani.
Pelatihan online melalui program Wisatani kali ini diikuti oleh 471 orang peserta dari seluruh Indonesia.
Peningkatan pengetahuan para Pelatihan secara online ini diharapkan dapat mengisi peningkatan pengetahuan para Penyuluh dimasa pandemi ini.
Narasumber di akhir sesinya mengingatkan bahwa menjadikan Kelompok Tani yang mandiri dan kuat merupakan salah satu kunci mensejahterakan petani.[advertorial]
Tags
bbpp