KEBUTUHAN produksi itik, daging dan telur yang sangat tinggi masih perlu ditingkatkan. Hal ini dirasakan sangat tingginya permintaan pasar akan produk itik, baik bibit, telur dan daging itik.
Upaya pemenuhan kebutuhan ini sangat dipandang perlu untuk meningkatkan kemampuan produsen untuk menghasilkan produk tersebut.
Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Binuang dalam tupoksinya sebagai lembaga pelatihan, dipandang perlu meningkatkan kemampuan Widyaiswara dan petugasnya dalam memperluas pengetahuan pada sub sektor pertanian khususnya peternakan dengan metode pemagangan.
Selain itu, kebutuhan masyarakat tentang informasi-informasi tentang peternakan juga cukup tinggi.
Atas dasar tersebut Kepala BBPP Binuang, Dr Ir Yulia Asni Kurniawati, M.Si menugaskan salah seorang Widyaiswara, Soleh Wahyudi dan Petugas Pelaksana, Panidi untuk melaksanakan magang di sentra penetasan itik Alabio di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) Kalimantan Selatan.
"Selain pertanian, peternakan juga harus dipelajari, karena banyak permintaan masyarakat untuk mendapatkan materi-materi tentang peternakan. Karena itu, saya meminta agar Widyaiswara memiliki pengetahuan tentang peternakan juga,” jelas Yulia, Sabtu (19/6/2021).
Desa Mamar, Kecamatan Amuntai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Utara merupakan salah satu wilayah penghasil produk itik yang terkenal hingga saat ini, yang juga dikenal sebagai desa sentra penetasan itik Alabio.
Di sentra pembibitan itik di desa Mamar ini, 80 persen masyarakatnya merupakan penghasil bibit itik serta peternak itik.
Arsuni merupakan salah seorang produsen penetasan itik hingga saat ini, yang juga dijadikan lokasi magang menggunakan teknologi sederhana untuk menghasilkan bibit itik atau DOD yang berkualitas dana tak kalah dengan mesin tetas otomastis.
Bahkan penggunaan mesin tetas sederhana ini sangat efisien dari aspek biaya, hingga mampu menekan ongkos produksi hingga mencapai 80 persen dibanding mesin otomatis.
Selain itu, penggunaan mesin tetas sederhana ini mampu menhasilkan presentase keberhasilan yang lebih tinggi dibanding dengan mesin tetas otomatis. Hingga mencapai antara 65 hingga 80 persen.
Di sela kegiatan, Kepala BBPP Binuang berkesempatan mengunjungi lokasi magang. Beliau tertarik agar teknologi penetasan tersebut layak untuk diterapkan di BBPP Binuang sebagai media pembelajaran.
Kegiatan magang dilakukan dengan mengikuti seluruh tahapan proses penetasan. Selain itu, juga mempelajari manajemen penetasan sehingga secara aspek teknis dan manajemen penetasan itik dapat dipelajari secara menyeluruh.[advertorial]