WALAUPUN pandemi Covid-19 masih berlangsung sampai saat ini, namun hal tersebut sama sekali tidak menyurutkan bagi Edi Prayitno, petani muda kreatif yang tergabung dalam Kelompok Tani (Poktan) Maju Bersama, Kelurahan Serawi Tengah, Kecamatan Binuang Kabupaten Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan untuk tetap berkegiatan pertanian.
Baru-baru ini, petani muda ini kembali memanen beberapa macam varietas tanaman hortikultura, seperti timun, jagung, dan juga terung ungu.
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian (WKPP) Binuang, Rahmawati mengatakan, banyak ragam sayuran yang dibudidayakan oleh Edi, seperti jagung, kacang tanah, bawang merah, melon, timun, terong, kacang panjang dan juga yang lainnya.
Dan kali ini yang dipanen adalah timun, jagung, dan terung ungu. Hasil panen kemudian dijual kepada warga sekitar, dan ada juga yang dijual ke pasar tradisional setempat.
"Banyaknya hasil panen yang didapat membuat PPL WKPP Binuang merasa bangga. Mereka dinilai memiliki semangat dan kemandirian yang sangat baik dalam bercocok tanam,” ungkapnya.
Selaku PPL, lanjut Rahmawati, pihaknya selalu berupaya untuk mendorong dan juga menghimbau warga untuk selalu melakukan kegiatan pertanian.
"Karena ini merupakan salah satu sektor yang penting di saat pandemi Covid-19 saat ini masih berlangsung,” tutur Rahmawati.
Rahmawati menambahkan, dengan memakan makanan yang banyak mengandung protein dan antioksidan, seperti sayur, buah dan yang lainnya, akan bisa melawan radikal bebas yang ada di dalam tubuh.
"Selain itu, untuk menjaga dan meningkatkan imunitas tubuh diperlukan asupan gizi yang mencukupi. Banyak sumber makanan seperti sayuran yang dapat menjaga dan meningkatkan imunitas tubuh seperti sawi, kangkung dan juga cabai,” paparnya.
Dalam kesempatannya saat diwawancarai, Edi Prayitno mengatakan, varietas timun yang dia tanam kali ini adalah varietas Zatavy, umur panen untuk varietas ini berkisar antara 75-85 HST.
"Untuk harga jual timun sendiri sekitar Rp5000 per kilogramnya, untuk jagung varietas yang ditanam adalah Golden Boy dan Bonanza. Kalau ukurannya yang super atau besar kita jual dengan harga Rp2500 per bijinya dan yang sedang Rp2000; per bijinya,” bebernya.
Menurut Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi, perubahan mendasar terjadi karena adanya pandemi Covid-19. Mau tidak mau, seluruh elemen harus menyesuaikan dan tetap bertahan dalam kondisi ini, termasuk juga insan pertanian.
Dedi juga mengingatkan bahwa dampak pandemi Covid-19 terhadap perekonomian dunia sangatlah besar, termasuk untuk Indonesia.
"Namun, kita sebagai insan pertanian patut bersyukur karena sektor pertanian tergolong sektor yang tangguh dan tetap bisa survive dalam menyediakan pangan bagi masyarakat. Perubahan yang terjadi tentunya harus disikapi secara bijak oleh berbagai pihak. Tetap produktif di tengah pandemi menjadi satu keharusan bagi seluruh elemen pertanian," jelas Dedi.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mengatakan, bekerja di sektor pertanian menjadi pilihan utama masyarakat pada masa pandemi Covid-19.
"Hal ini dilihat dari jumlah tenaga kerja sektor pertanian meningkat 2,23 persen dibanding tahun sebelumnya," kata Syahrul dalam rapat dengan Komisi IV DPR RI.
Untuk mencapai target pembangunan 2021, tambahnya, Kementan harus bekerja lebih keras dan tidak dapat bekerja sendiri.[advertorial]