BELAKANGAN ini nama porang menjadi populer. Semakin lebih sering disebut-sebut, bahkan sampai dikatakan sebagai komoditas “Mahkota”.
Tanaman porang akan dijadikan sebagai tanaman primadona baru yang akan dikembangkan oleh Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Balangan.
Hal ini disampaikan oleh Rahmadi, Kepala Distan Balangan pada kesempatan saat memberikan sambutan pada Pelatihan Bagi Aparatur Angkatan XIII bertajuk Budidaya dan Kelayakan Usaha Porang, 13 Juli 2021 di BPP Paringin Selatan.
“Pada tahun 2021 ini Pemerintah Kabupaten Balangan melalui Dinas Pertanian akan mengembangkan tanaman porang seluas 100 hektare," terangnya.
Menurutnya, kepada petani yang berminat mengikuti program kegiatan pengembangan tanaman porang akan mendapat bantuan benih porang sebanyak 5.000.benih per hektarnya.
"Memang sangat kecil, bantuan tersebut hanya sebagai stimulus saja. Kekurangan dan biaya-biaya lainnya dapat dipenuhi secara swadana dan dapat dibantu melalui pinjaman KUR,” jelasnya.
Untuk tahun 2021 petani di Kabupaten Balangan mendapatkan kesempatan mendapat mengajukan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk budidaya porang. Per hektarenya mendapat alokasi pinjaman 50 juta rupiah.
Hal ini dijelaskan oleh Joni Sulistianto selaku Ketua Pengurus wilayah Asosiasi asuhan pelestari pemberdayaan porang Indonesia (Aspeporin) Provinsi Kalimantan Selatan dan Pengawas pada Koperasi Petani Porang Sanggam Balangan.
Melalui fasilitasi dan pengawalan Distan Balangan serta penjaminan dari penyediaan bibit dan pembelian hasil porang oleh Aspeporin dan Koperasi Sanggam Balangan, pihak BNI bersedia menyalurkan KUR untuk petani porang.
“Target KUR porang di Kabupaten Balangan sebanyak 200 orang petani," imbuhnya.
Sementara, lanjutnya, sampai saat ini yang sudah akad sebanyak 16 orang, 27 orang sudah disetujui dan telah disurvei. Sedangkan ada 53 orang lagi yang sudah mengajukan dan disetujui untuk ditindaklanjuti.
"Pelunasan KUR dibayar setelah petani panen 18 bulan kemudian,“ kata Joni.
Joni menambahkan, potensi porang jika tanam 1 hektare bisa mendapatkan hasil ratusan juta, inilah kelebihan Porang.
Sebagai ilustrasinya, biaya budidaya porang per hektarenya rata-rata membutuhkan lebih kurang Rp60 juta. Dalam 1 hektare lahan jika tanpa bedengan bisa ditanam 40.000 bibit. Jika ditanam dengan menggunakan bedengan jumlah populasi berkisar 24.000 tanaman.
Dari pengalaman Joni, dalam waktu lebih kurang 1,5 tahun (2 musim), 1 tanaman dapat dihasilkan rata-rata 2 kilogram umbi. Seandainya dalam 1 hektare hanya 20.000 tanaman saja yang bisa dipanen, maka akan dapat diperoleh 40 ton umbi.
Dengan harga jual saat ini Rp8 ribu per kilogram umbi basah, berarti dapat diperoleh hasil sebesar Rp320 juta per hektare. Hasil tersebut belum termasuk hasil panen bubil/katak atau buahnya.
Rata-rata per hektare dapat dihasilkan katak lebih kurang 140 kilogram. Harga buah katak/bubil berkisar Rp150 ribu hingga 180 ribu per kilogram. Jika dijual dengan harga Rp150 ribu per kilogram akan diperoleh tambahan pendapatan sebesar Rp21 juta.
“Karena hasilnya yang sangat menjanjikan, kita mendorong banyak warga atau petani desa, supaya terangkat dari kemiskinan melalui budidaya porang ini. Sudah kami buktikan dengan beberapa warga yg panen,dengan hasil puluhan juta,” pungkas Joni.[advertorial]