KEMENTERIAN Pertanian (Kementan) RI telah mencanangkan 2,5 Juta Petani Milenial yang diprogramkan pada 2020-2024. Tentu Menteri Pertanian (Mentan) SYL mempunyai alasan yang mendasar, di mana hal ini merupakan jawaban bagi stagnasi pertumbuhan sektor pertanian.
Selain itu, juga menjadi estafet generasi kolodnial ke generasi milenial, dan untuk suatu tujuan membangun sistem pertanian yang maju, modern dan mandiri.
Harapan ini diulang kembali saat Mentan SYL dan Presiden Jokowi, saat membuka pelatihan petani dan penyuluh “Sejuta Umat” pada 6 Agustus 2021, di mana bahwa penuh harap pada para petani milenial dan petani andalan yang akan dikukuhkan.
Ini tak lain untuk menjadi motor penggerak bagi sekitarnya serta menjadi wirausaha pertanian yang senantiasa berinovasi dan kreatif dalam memanfaatkan peluang usaha di era pandemi Covid-19 ini.
Harapan yang tak berlebihan jika beliau ingin 1 orang DPM dan DPA mampu meresonansi 200-250 orang milenial agar tahun 2024 tumbuh 2,5 juta petani milenial yang modern dan maju.
Apalagi sektor pertanian menunjukkan laju pertumbuhan yang positif sebesar 2,9 persen dan ini pertumbuhan terbesar dibanding sektor lainnya.
Peluang ini tak diabaikan oleh BBPP Binuang. Sejak bulan Mei BBPP Binuang telah melakukan program permagangan Kampus Merdeka, bekerjasama dengan Uniska Banjarmasin dan SMK Pertanian di sekitar Balai.
Sekian kali peserta magang telah melakukan proses usaha dari penyiapan lahan hingga panen. Salah satunya kegiatan kelompok Agri pada 6 Agustus 2021, telah memanen kacang tanah yang telah ditanam pada bulan Mei.
"Secara ubinan hasil diperoleh kacang tanah polong 1 kilogram per m2,“ terang Budiono, Widyaiswara pendamping dari Divisi Pengolahan Limbah IA, BBPP Binuang.
Ia mengatakan, peserta diberikan bekal perencanaan usaha tani, dengan menghitung kebutuhan sarana produksi, jadwal kegiatan budidaya, hingga menentukan ciri ciri hasil tanaman siap dipanen.
Pada kesempatan berbeda, mereka juga menyiapkan pupuk organik yang dibuat sendiri sebagai bahan sarana produksi yang akan diuji efektifitas lapangan.
"Komoditas yang telah diuji efektifitas lapangan di antaranya sawi, kedelai polong, dan kacang tanah," imbuhnya.
Pada kesempatan lain, Kepala BBPP Binuang, Dr Ir Yulia Asni Kurniawati M.Si senantiasa mengingatkan agar peserta magang untuk terus mengembangkan kreatifitasnya, dan mengembangkan pengetahuan dan skill.
"Ini agar tumbuh sikap dan perubahan perilaku yang berjiwa wirausaha," tutur Yulia.
“Rasa bangga sebagai peserta magang di IA BBPP Binuang, ditunjukkan salah seorang peserta magang, Murtinah. Secara spontanitas Ia menyampaikan baru kali ini bertani dan menghasilkan yang telah Ia rencana hingga panen.
"Ini sungguh di luar angan-angan saya. Ternyata saya bisa, dan mampu mewujudkan segala yang telah saya rencana," terangnya.
Bahkan, lanjutnya, selama Ia magang telah menghasilkan usaha tani sebesar Rp 775.000 dari lahan praktik seluas 110 m2 budidaya sawi, kedelai polong dan kacang polong.
"Bagi hasil produksi pupuk kompos senilai Rp125.000 dan Rp200.000 dari produksi POC, sehingga total selama mengikuti magang telah menghasilkan usaha tani senilai Rp1.100.000," paparnya.
Hal senada juga dialami M Rivai, dan kawan-kawan peserta magang lainnya.[advertorial]