SEKAT atau tabat di lokasi pembangunan jembatan membuat lahan persawahan digenangi air, hingga menyulitkan petani mengolah sawahnya.| foto : manan
PULANG PISAU - Sekat atau tabat yang dibangun di lokasi pembangunan jembatan di perbatasan antara Blok C dan B Desa Belanti Siam, Kecamatan Pandih Batu, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah (Kalteng), dikeluhkan petani desa setempat.
Pasalnya, lantaran tabat tersebut para petani merasa terganggu karena tidak dapat membuang air dan mengolah sawahnya akibat genangan air di lokasi persawahan milik petani.
Wanto salah seorang petani desa setempat mengatakan, pihaknya merasa terganggu akibat tabat yang terlalu lama dibangun.
"Akibatnya kami tak bisa membuang air dan mengolah sawah, karena airnya penuh. Jadi, mohon perhatiannya dari pihak pembangunan jembatan yang membangun tabat itu," ucapnya Wanto cukup singkat mengabarkan kepada awak media ini, Sabtu (22/1/2022).
Senada, disampaikan Tursiman yang juga petani daerah setempat mengeluhkan atas bangunan tabat yang hingga saat ini belum dibuka oleh pihak pekerja (pihak kontraktor) saat membangun jembatan di perbatasan blok C dan B.
"Akibat adanya sekat atau tabat itu, kami tidak bisa membuang air dan mengolah sawah. Lahan persawahan kami di penuhi air," ujarnya membenarkan.
Narasumber lainnya, Purwiayadin Nuryadin yang juga seorang petani daerah setempat membenarkan adanya pembangunan sekat atau tabat yang hingga saat ini masih belum dibuka.
Akibatnya, para petani di wilayah setempat tidak dapat membuang air dan mengolah persawahan akibat hal tersebut.
"Padahal, jembatan sudah selesai dibangun. Tetapi tabat nya belum dibuka, kalau musim penghujan seperti ini mau keluar darimana airnya kalo tabat nya tidak dibuka," tuturnya.
"Bahkan petani sudah menanyakan ke pekerja kapan tabat nya dibuka, namun sampai sekarang belum dibuka buka," tambahnya.[manan]