BANJARBARU - Teknik budidaya hidroponik merupakan solusi yang dilakukan oleh sebagian orang. Hidroponik adalah salah satu metode budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan media tanah dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan hara nutrisi bagi tanaman, serta tidak membutuhkan lahan yang luas.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo sendiri berulang kali mengingatkan bahwa budidaya tanaman hidroponik, yang kini marak di masyarakat perkotaan menjadi langkah positif mendukung ketahanan pangan nasional.
"Pertanian perkotaan atau melalui budidaya tanaman sistem hidroponik, selain bisa menambah pendapatan juga mendukung langkah pemerintah dalam rangka ketahanan pangan," kata Mentan Syahrul.
Maka guna mendukung hal di atas, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), kembali menggelar Millenial Agriculture Forum (MAF), Sabtu (12/2/2022).
Tentunya kegiatan MAF ini di fasilitasi oleh Pusat Pendidikan Pertanian (Pusdiktan), yang kali ini dilaksanakan oleh SMK-PP Negeri Banjarbaru selaku Unit Pelaksana Teknis Kementan dengan mengangkat tema “Smart Hydroponic: Solution for Climate Change”.
Edisi MAF kali ini mengundang 2 pemateri yaitu petani bidang pertanian melalui hodroponik yang juga Duta Petani Milenial dari Kalimantan Timur yaitu Ali Luthfi, serta pemateri dari Instruktur Balai Latihan Kerja (BLK) Lembang, Jawa Barat, yaitu Iwan Hermawan.
Hadir Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi, memberikan arahan serta membuka MAF ini menyampaikan bahwa hodroponik farming merupakan salah satu dari smart farming.
Dedi Nursyamsi mengatakan, "Pertanian Hidroponik adalah solusi untuk climate change karena hidroponik ini tidak membutuhkan lahan yang luas, jadi tidak ada istilah kebanjiran atau kekeringan", terangnya.
"Pertanian itu bisa dilakukan dimana saja, tidak harus di pedesaan saja tapi di perkotaan, di halaman sempit pun bisa, itu dinamakna urban farming, dan yang paling cocok adalah dengan hidroponik," papar Dedi Nursyamsi.
"Tren hidroponik ini harus terus dikembangkan didukung dengan teknologi, maka melalui MAF ini calon ataupun generasi muda pertanian dapat mengambil ilmu dari para nara sumber," tambahnya.
Lanjut Kepala BPPSDMP ini, Pertanian adalah sektor terpenting, sektor ini untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh rakyat sekaligus menjaga stabilitas nasional.
Seiring perkembangan zaman, semua pihak diminta aktif mengembangkan pertanian berbasis teknologi atau smart farming.
Turut hadir dan melaporkan kegiatan Kepala SMK-PP N Banjarbaru, Budi Santoso menyampaikan, "MAF kali ini memilih tema ini karena bidang pertanian merupakan bidang yang masih eksis di masa pandemi dan menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia," ujarnya.
Selain itu, tantangan perubahan iklim yang semakin nyata seperti hujan deras, banjir, kebakaran ataupun kemarau panjang dapat di akali dengan hidroponik dan ditambah dengan teknologi smart farming.
Ditambahkan Kepala Pusat Pendidikan Kementan (Pusdiktan), Idha Widi Arshanti, "Adanya MAF ini diharapkan petani milenial ataupun calon petani bisa menimba ilmu dan manfaat, serta dapat mengajak dan mengarahkan ke pertanian yang lebih modern dan bijak," paparnya.
Salah satu narasumber kali ini, Ali Luthfi yang juga seorang pegawai BUMN mengajak kita untuk bergerak dahulu dan dengan ketekunan akan menemukan jalan keberhasilan dalam berwirausaha di bidang pertanian.
Hal ini ditunjukan dengan penghasilannya yang di dapatnya sekitar 70 jutaan per bulan. Ditambah dengan penggunaan smart farming di budidaya hidroponik dan tentunya dengan terus belajar, baik di on farm dan tentunya di off farm-nya.[adv]
Tim Ekpos SMK-PP Negeri Banjarbaru
Tags
smkpp