PALANGKA RAYA - Lemang atau dengan dialeg Kalimantan yang akrab disebut Lamang, merupakan jenis makanan yang terbuat dari beras ketan yang dimasak dengan cara dibakar dalam seruas bambu.
Lamang umumnya ditemukan di wilayah persebaran kebudayaan Melayu, baik di Semenanjung Melayu, Sumatera maupun Kalimantan.
Malamang merupakan kebiasaan memasak orangtua di zaman dulu. Lamang diriwayatkan sebagai makanan persembahan atau sesajen suku Dayak pada umumnya.
Bahan baku lamang relatif sederhana, diantaranya beras ketan, perasan santan yang dibubuhi garam secukupnya.
Selain itu, sebagai alat biasanya disediakan daun pisang serta ruas bambu dengan panjang kurang lebih 40 hingga 70 cm dan diameter sekitar 7 sampai 15 cm.
Pembuatan lamang dimulai dengan mencuci serta meniriskan beras ketan. Beras ketan tersebut kemudian dicampur dengan santan.
Selanjutnya, dimasukkan dalam bambu yang telah dilapisi dengan daun pisang. Batang bambu tersebut kemudian dibakar hingga matang.
Masing-masing daerah memiliki cara tersendiri dalam menikmati penganan ini. Meski demikian, secara umum, lemang disantap dengan dua varian rasa yakni manis dan asin.
Teknik penyajian kuliner ini juga memiliki keunikan tersendiri tergantung bahan pelengkap yang menyertainya.
Darity Hildan (61) warga Kota Palangka Raya yang masih memiliki kemampuan mengolah lamang bercerita, agar menghasilkan rasa gurih dan lezat mengolah lamang itu hanya dengan bahan baku sederhana, yakni beras ketan (beras ketan banjar, red), santan kelapa serta sedikit garam agar rasanya gurih.
Pria paruh baya yang sehari-hari berprofesi sebagai wartawan senior di Kalteng ini dengan piawai mengolah lamang, mulai dari memilih batang bambu yang memiliki ruas tertentu dan paling cocok sebagai media memasak lamang tersebut.
"Tidak ada ritual khusus dalam memasak Lamang, tetapi Lamang menjadi sajian khusus dalam setiap kegiatan atau ritual tertentu masyarakat Suku Dayak. Biasanya ada beberapa Lamang yang dibuat khusus sebagai bagian pelengkap ritual bersama sesajian lainnya. Seperti halnya padi yang dianggap suci, Lamang diriwayatkan sebagai makanan persembahan bagi leluhur," ungkap pria yang akrab disapa Babe Darity oleh para jurnalis junior di Bumi Tambun Bungai tersebut, Minggu (8/5/2022).
Diurainya pria asli Dayak Ma'anyan asal Barito Selatan itu, seiring perkembangan zaman, lamang tidak hanya dibuat saat gelaran aruh atau pesta adat.
"Suguhan lamang ini tidak hanya saat gelaran aruh atau pesta adat, tetapi pada acara lainnya seperti perkawinan pun lamang juga kerap dibuat dan disajikan. Tidak hanya itu, masyarakat Banjar pada umumnya hingga saat ini banyak menjual lamang ini di pasar-pasar tradisional sebagai oleh-oleh," tutupnya.
Sementara itu, Jhon Kenedy salah satu jurnalis muda di Kalteng dari media Metro Kalimantan tersebut mengaku, dengan membuminya memasak menggunakan media bambu tersebut mencoba atau bereksprimen memasak ikan, udang, bahkan hati ayam dengan menggunakan media bambu.
"Dengan membuminya memasak dengan media bambu, dalam hal ini memasak lamang. Saya pun mencoba atau bereksprimen memasak ikan, udang dan hati ayam menggunakan media bambu dengan bumbu-bumbu khas Suku Dayak sehingga menuai hasil masakan yang sedap dan nikmat," tukas pria yang akrab disapa Bucek tersebut.[manan]