BANJARMASIN - Kementerian Pertanian (Kementan) mendukung upaya percepatan regenerasi petani di Kalimantan Selatan (Kalsel).
Salah satunya, memaksimalkan peran Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian Pembangunan Negeri (SMK-PPN) Banjarbaru, sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) pendidikan vokasi Kementerian Pertanian dalam melaksanakan perannya mendidik dan melahirkan generasi muda pertanian.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) menaruh harapan besar pada generasi milenial dalam pembangunan pertanian.
Menurutnya, milenial harus berani menjadi petani atau mendirikan starup pertanian.
"Usaha pertanian itu paling pasti untuk dilakukan. Selain untuk ekonomi, bisa juga membuka lapangan kerja. Coba bandingkan dengan usaha tambang yang membutuhkan waktu 10 tahun - 20 tahun baru bisa mendatangkan hasil. Kuncinya adalah ada kemauan dan pintar dalam membaca peluang," ujar Mentan Syahrul.
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi mengatakan, sudah saatnya pertanian dikelola generasi milenial.
“Menggunakan kreativitas dan inovasinya. Sehingga, pertanian ke depan menjadi modern. Tak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya, tetapi juga berorientasi ekspor,” jelas Dedi.
Guna mencetak generasi muda bidang pertanian yang unggul di Kalsel, SMK-PPN Banjarbaru merancang pelaksanakan proses pembelajaran yang inovatif agar siswa dapat meraih capaian pembelajaran melalui workshop implementasi kurikulum merdeka di Hotel Rattan Inn Banjarmasin, Kamis (16/3/2023).
Kepala SMK-PPN Banjarbaru, Budi Santoso mengungkapkan, dengan adanya kurikulum merdeka ini, menjadi sebuah tantangan bagi sekolah dalam bagaimana mengimplementasikan kurikulum merdeka belajar.
“Kurikulum merdeka belajar ini merupakan tantangan bagi kita. Karena kurikulum ini memberikan keleluasaan bagi tenaga pendidik untuk menciptakan pembelajaran yang berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan yang ada di kita,“ kata Budi.
“Untuk itu, dalam kegiatan ini diharapkan nantinya para peserta dapat mengetahui apa saja kebutuhan yang diperlukan dalam implementasi kurikulum merdeka belajar, salah satunya dengan memperhatikan pengembangan kemampuan siswa baik hardskill maupun softskill peserta didik," imbuhnya.
Kegiatan yang dilaksanakan selama 3 hari diikuti oleh 44 orang peserta yang terdiri dari tenaga pendidik, tenaga kependidikan, dan tim dari teaching factory SMK-PPN Banjarbaru.
Adapun output dari kegiatan ini diharapkan bersama-sama peserta dapat mengetahui dan mengerti bagaimana rancangan kurikulum merdeka. Selain itu, diharapkan peserta Bersama-sama dapat menyusun Kurikulum Operasional Sekolah (KOS) dan modul ajar.[]