PALANGKA RAYA - Pasca Pandemi Covid-19, masyarakat Indonesia sudah mulai bangkit dengan ditandai pulihnya aktivitas kehidupan masyarakat, pelayanan publik dan semakin membaiknya kehidupan ekonomi masyarakat.
Pada saat yang sama, bangsa Indonesia juga masih dihadapkan pada persoalan Radikalisme Terorisme yang masih mangganggu kebangkitan aktivitas masyarakat.
Itu, diungkapkan Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Tengah (Setda Kalteng), Kaspinor mewakili Gubernur H Sugianto Sabran saat membuka Camping Keberagaman dalam Pencegahan Radikalisme Terorisme dengan Kampanye Damai Beragama dan Pembuatan Video Bahan Ajar Video Pendek "Berkolaborasi Untuk Damai Beragama di sekolah" melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kalteng tahun 2023, berlangsung di Aula Asrama Haji Al-Mabrur, Aula Asrama Haji Al-Mabrur Kota Palangka Raya, Selasa (18/7/2023).
"Untuk hasil penelitian Indeks Potensi Radikalisme (IPR) di Kalimantan Tengah, Indeks Potensi Radikalisme tahun 2020 adalah 16,6 persen, kemudian turun menjadi 12,0 persen, pada kondisi tahun 2022, dengan Dimensi Pemahaman 15,4 persen, Dimensi Sikap 19,5 persen, dan Dimensi Tindakan 1,2 persen. Hasil indeks sebesar 12,0 pada kondisi tahun 2022 ini disebutkan Ketua FKPT Kalimantan Tengah masuk kategori aman," ungkapnya.
Pada kesempatan itu, dirinya berharap dapat terjalin komunikasi dan koordinasi yang baik antara BNPT, FKPT dengan Pemerintah Daerah dan para pengelola lembaga pendidikan dalam melakukan upaya-upaya pencegahan penyebaran paham radikal terorisme.
Selain itu, juga diharapkan para guru memiliki imun dan mampu melakukan kontra pemahaman terhadap paham radikal terorisme, lembaga pendidikan menjadi terlindungi dari pengaruh penyebaran paham radikal terorisme dan para guru lintas agama sudah terbiasa untuk berkolaborasi dalam proses pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas, menghasilkan kondisi yang damai dalam kehidupan keberagaman di sekolah dan pada akhirnya sekolah tidak terpengaruh oleh paham radikal terorisme.
"Yang lebih penting lagi para guru menjadi semakin banyak pilihan atau alternatif bahan ajar, baik menggunakan video Tik Tok maupun Instagram sebagai bahan Kampanye Damai Beragama," tukasnya.[kenedy/adv]