Inspirasi Petani Muda Tanah Laut, Bertani Lokal Inspirasi Korea

Inspirasi Petani Muda Tanah Laut, Bertani Lokal Inspirasi Korea

BANJARBARU - Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya untuk menjaga ketahanan pangan. Seperti ancaman krisis pangan global dan perubahan iklim ekstrim El nino yang akan masih berlanjut.

Seperti disampaikan Menteri Pertanian, Amran Sulaiman dalam berbagai kesempatan menyampaikan pentingnya meningkatkan produksi padi dan jagung, serta produk pertanian lainnya.

Bahkan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, di beberapa kesempatan menyampaikan perlu peran penting petani muda untuk untuk meningkatkan komoditas pertanian.

"SDM pertanian harus mendongkrak produktifitas pertanian, dan tugas penting penyuluh untuk mendampingi petani dalam penyediaan pangan bekerjasama dengan para petani," sebut Dedi.

Menindaklanjuti hal itu, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) kembali menggelar Millenial Agriculture Forum (MAF) Volume 5 Edisi 3 dengan mengangkat tema “Bertani Lokal Inspirasi Korea”.

MAF ini dilaksanakan oleh salah satu Unit Pelaksana Teknisnya yaitu SMK-PP Negeri Banjarbaru via zoom meeting pada Sabtu (20/1/2024), bertempat di kampus SMK-PP Negeri Banjarbaru.

Acara via online ini mengundang narasumber petani milenial asal Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan yaitu Prastio Kuntoro. Selain itu juga hadir Idha Widi Arsanti, Kepala Pusat Pendidikan Pertanian, dan Budi Santoso, Kepala SMK PP Negeri Banjarbaru.

Diawali oleh Kepala SMK-PP Negeri Banjarbaru, Budi Santoso menyampaikan semoga kegiatan ini menambah wawasan kita, berbagi pengalaman bersama dengan petani muda dari Tanah Laut.

"Prastio Kuntoro ini terdaftar sebagai penerima manfaat Program YESS ini, Prastio mendapatkan berbagai pelatihan, bantuan, ilmu, dan bahkan diajak oleh Kementan untuk berlatih pertanian ke Korea. Jadi mari kita sama-sama belajar di MAF ini yang pertama dilaksanakan oleh SMK-PP Negeri Banjarbaru," jelas Budi.

Budi menambahkan, "Kabar gembira bagi petani tentang pupuk subsidi dan bbm bersubsidi, bahwa Pemerintah mengalokasikan tambahan pupuk subsidi di 2024, senilai 14 triliun atau setara 2,5 juta ton, jadi di 2024 menjadi 7.2 juta ton. Untuk bbm subsidi poktan dapat membeli dengan membawa surat yang disahkan Kepala Desa setempat," ujarnya.
.
Kepala Pusat Pendidikan Pertanian (Pusdiktan), Idha Widi Arsanti, yang hadir dan membuka acara memaparkan bahwa sekarang kita hanya memiliki 6 juta petani muda dari 32 juta petani yang ada sekarang, kita berharap generasi Z terjun menjadi aktor di sektor pertanian.

"Kita harap anak-anak kita generasi Z yang kini mencapai 56% dari jumlah penduduk Indonesia, bisa kita undang ke sektor pertanian, dan mendorong mereka terjun ke sektor pertanian. Sebab itu adik-adik ini sangat kenal dunia teknologi, sehingga bisa menerapkan pertanian di era 4.0," kata Santi.

"Selain itu kita harap petani muda seperti mas Kuntoro ini dapat meningkatkan kapasitasnya. Agar tidak berpikir biasa, harus berpikir out of the box, harus berpikir modern, harus mapping produk, disertifikasi produk dan menciptakan claster, yang selanjutnya menciptakan kelembagaan dan kemudian bermitra dan mendapatkan kontrak farming," ujarnya.

Prastio Kuntoro di kesempatan ini mengisahkan awal terjun ke dunia pertanian karena mengikuti jejak orang tua, dan akhirnya mencintai dunia pertanian ini. 

Ia menjelaskan mendapatkan dana bantuan modal agribisnis melalui Program YESS, untuk mengembangkan usaha. Selain itu juga mendapatkan berbagai pelatihan dari Kementan dan juga mendapatkan channel dan kenalan ke banyak orang.

Bahkan pemuda dari Desa Ranggang, Kecamatan Takisung ini mendapatkan bantuan Kerjasama dengan pengusaha. Melalui Kerjasama ini Ia dapat mengembangkan pertanian melalui metode smart farming yaitu system hidroponik buah melon, bahkan rencananya akan memiliki 12 greenhouse.

Seperti dijelaskan Kuntoro, “Saat masih Bertani secara konvensional pertiap kali tanam begitu banyak resiko. Setelah saya terapkan pertanian modern melalui hidroponik, begitu saya lakukan HPP nya begitu rendah, dan biayanya tidak mahal, kualitas yang bagus dan hasil keberhasilan mencapai 90%,” kata Kuntoro.

“Setelah panen saya hitung per greenhousenya, setelah saya total mendapatkan buah melon kurang lebih sebanyak 2 ton, dengan harga rata-rata per kilogram sebesar 35.000. Setelah saya total per greenhouse mendapatkan 70 juta dengan modal sekali tanam dan penyusutan 5 juta per greenhousenya," ujarnya.

Prastio Kuntoro mengajak petani muda untuk terjun ke sektor pertanian karena pertanian itu keren, tentunya dengan menerapkan smart farming. Sebab hasil dari pertanian selalu dibutuhkan, karena selagi bumi masih dihuni oleh manusia, mereka masih membutuhkan bahan makanan, jadi tanpa petani mau jadi apa.[]

Sumber : Tim Ekpos SMK-PPN Banjarbaru
Lebih baru Lebih lama