Ritual Mamapas Lewu jadi Agenda Tahunan Damang Kahayan Hilir, Berikut Tujuannya

Ritual Mamapas Lewu jadi Agenda Tahunan Damang Kahayan Hilir, Berikut Tujuannya

PULANG PISAU - Berlangsung selama tiga hari, sejak 9 sampai 11 Agustus 2024 di Sekretarisnya Damang Kecamatan Kahayan Hilir, ritual Mamapas Lewu akan menjadi agenda rutin pihak Damang untuk dilaksanakan setiap tahunnya. 

Itu disampaikan langsung Damang Kahayan Hilir Idon Y Riwut sekaligus Ketua Pelaksana Ritual Mamapas Lewu Kecamatan Kahayan Hilir, kepada awak media, Senin (12/8/2024). 

"Ritual ini akan menjadi agenda tahunan kami, karena ini bagian dari kultur budaya bagi suku Dayak, khususnya yang beragama Kaharingan di Kalteng," kata Idon. 

Ia menjelaskan, Mamapas Lewu sendiri merupakan sebuah ritual tolak bala secara agama Kaharingan yang dijalankan oleh suku Dayak di Provinsi Kalimantan Tengah. Dimana, sebutnya, kegiatan ini bertujuan untuk membersihkan atau mensucikan alam dan lingkungan hidup (Petak Danum) beserta segala isinya dari berbagai marabahaya, sial, wabah penyakit (Rutas Pali) dan hal buruk lainnya. 

Mamapas Lewu sendiri diperjelas Idon sapaan akrab Damang Kahayan Hilir, mengandung pengertian menyapu (membersihkan) wilayah atau daerah dari pengaruh-pengaruh atau perbuatan jahat atau buruk, baik yang dilakukan oleh manusia maupun oleh roh jahat (gaib) terhadap kehidupan masyarakat. 

Ritual keagamaan ini pun, ujar Idon dipimpin  para pemuka agama Kaharingan yang dikenal dengan sebutan Basir/Balian. 

Seorang Basir sendiri, ungkapnya, adalah orang yang dianggap mempunyai kemampuan untuk berhubungan dan berkomunikasi dengan roh-roh gaib penjaga alam dengan menggunakan bahasa Sangiang.

"Inti dari tujuan dari ritual ini tidak lain untuk menciptakan rasa aman, tentram dan damai dalam kehidupan bermasyarakat. Saya sebagai Damang hanya mengkoordinir saja, tetapi yang melaksanakan ritualnya para Basir/Balian tadi. Jadi ritual ini merupakan perwujudan tatanan kehidupan masyarakat dayak dalam berinteraksi dengan lingkungan alam sekitarnya, agar selalu terjaga keharmonisan antar sesama," terangnya. 

Idon melanjutkan, kegiatan ini merupakan gambaran kehidupan suku dayak, di mana masing-masing kelompok bisa bekerjasama sebagai wujud dari pilosofi "Huma Betang" untuk menjaga hubungan silaturahmi antar umat dalam kehidupan bersama tanpa memandang perbedaan.

"Untuk itu kami berharap kepada pemerintah daerah setempat, semoga acara ritual mamapas lewu ini bisa dijadikan sebagai agenda tahunan, mengingat kegiatan semacam ini juga merupakan salah satu daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke daerah kita Kabupaten Pulang Pisau, sehingga nantinya bisa turut berkontribusi untuk kemajuan daerah," harapnya.

Di tempat yang sama, Igel. S salah satu pemuka agama kaharingan yang melaksanakan ritual (Basir) menyampaikan bahwa, ritual ini sesuai adat keturunan suku dayak dan merupakan ajaran bagi umat agama kaharingan.

"Ritual Mamapas Lewu ini menggambarkan bagaimana  masyarakat Dayak dalam mengatur kehidupan mereka, baik dalam interaksi dengan sesama manusia maupun dalam hubungan dengan entitas gaib", terangnya.

"Melalui ritual ini, kami melakukan komunikasi untuk meminta petunjuk dan menyampaikan permohonan kepada roh para leluhur kami dengan cara melantunkan do'a-do'a (manyangiang), agar diberikan perlindungan, kesehatan, umur panjang kesuksesan dan kehidupan yang sejahtera serta dijauhkan dari hal-hal yang bersifat buruk", jelasnya.[rilis/manan]

Lebih baru Lebih lama