KANDANGAN - Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) terus mendorong penerapan sistem pertanian padi apung guna memastikan produksi pertanian tetap stabil meskipun terpengaruh musim. Sistem ini terbukti efektif, dengan sejumlah petani di HSS mulai merasakan manfaatnya.
Kepala Dinas Pertanian HSS, HM Nur menjelaskan, sebagian besar kawasan pertanian di HSS merupakan lahan rawa. Oleh karena itu, metode padi apung diterapkan agar kegiatan bercocok tanam tetap berjalan, termasuk di musim penghujan.
“Pada awalnya, kami mengadakan uji coba dengan menggunakan media tanam berupa tiga potongan styrofoam, dan hasilnya memuaskan. Pada tahun berikutnya, program ini mendapat dukungan dana dari pemerintah provinsi, kemudian dilanjutkan dengan dana dari kabupaten,” ungkap Nur dalam acara kunjungan implementasi padi apung yang digagas oleh Bank Kalsel, OJK, dan Forum Wartawan Ekonomi (FWE) Kalimantan Selatan, Selasa (3/12/2024).
Kegiatan tersebut diikuti dengan kunjungan lapangan ke lokasi budidaya padi apung di Desa Tiang Gantung, Kecamatan Daha Barat, atau Negara, HSS.
Kepala Kantor OJK Kalsel, Agus Maiyo bersama Direktur Utama Bank Kalsel, Fachrudin turut mencoba menanam padi apung di lokasi tersebut.
Fachrudin menilai metode ini sebagai inovasi luar biasa, terlebih karena memungkinkan penanaman tanaman lain seperti cabai, terong, dan tomat.
“Kami mendukung penuh sistem ini dan berharap pengelolaan lahan bisa diperluas agar dampaknya lebih besar,” ujar Fachrudin.
Sementara itu, Agus Maiyo menjelaskan bahwa meskipun investasi awal untuk media tanam cukup tinggi, media styrofoam yang digunakan memiliki daya tahan hingga 10 tahun atau 21 kali panen. Agar lebih awet, media ini perlu dilapisi cat yang tahan air dan dapat mencegah serangan tikus serta serangga air.
Selain menggunakan styrofoam, Dinas Pertanian HSS juga mengembangkan media tanam dari bambu untuk menekan biaya produksi. Media ini dianggap lebih ekonomis karena bahan bakunya mudah ditemukan di wilayah Hulu Sungai Selatan.
“Kami akan mencoba metode ini untuk padi, sehingga biaya budidaya menjadi lebih rendah dan keuntungan petani lebih besar,” tambah Nur.
Dwi Rahmadhani Y, Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Daha Barat, menambahkan bahwa varietas padi unggul dapat digunakan pada media tanam dengan tingkat keasaman (pH) 4–8. Selain itu, pihaknya juga berkoordinasi dengan Bulog untuk menjajaki potensi ekspor padi apung, terutama varietas tertentu yang memiliki pasar internasional.
Sistem padi apung ini dinilai mampu menjadi penyangga sistem pertanian konvensional, terutama saat paceklik. Bahkan, metode tumpangsari dengan tanaman lain diyakini dapat memberikan hasil yang lebih beragam, mendukung ketahanan pangan, sekaligus membuka peluang ekspor.[adv]
Tags
bank kalsel