KUALA KAPUAS – Banjir yang melanda Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, sejak 26 Januari 2025 berdampak pada 9.642 jiwa dari 3.569 kepala keluarga (KK). Ribuan rumah terendam, sementara fasilitas umum dan akses jalan ikut terdampak.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kapuas, mencatat banjir pertama kali terjadi di Desa Barunang, tepatnya di Dukuh Penda Rawah dan Dusun Tumbang Mamput. Hujan deras yang turun sejak pukul 03.00 WIB menyebabkan Sungai Kuatan dan Sungai Mamput meluap.
Dua jam kemudian, air mulai menggenangi permukiman dengan tinggi muka air (TMA) mencapai 250–300 cm. Akibatnya, 135 rumah terendam, 14 rumah mengalami kerusakan berat, satu fasilitas kesehatan rusak ringan, sembilan fasilitas umum terdampak, dan dua akses jalan terputus.
Plt. Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Kapuas, Muhammad Ahmad Saribi, menjelaskan bahwa meskipun kondisi di Desa Barunang mulai surut pada 28 Januari, banjir justru meluas ke lima desa lain—Karukus, Bajuh, Tapen, Pujon, dan Marapit—dengan TMA berkisar 50–120 cm.
"Akibat meluasnya banjir, jumlah rumah terdampak melonjak drastis menjadi 2.240 unit, sementara 59 fasilitas umum dan 40 titik akses jalan ikut terendam," ungkap Saribi.
Sebanyak lima KK terpaksa mengungsi, sementara ribuan lainnya tetap bertahan dengan bantuan logistik yang disalurkan oleh pemerintah dan berbagai pihak. Pemerintah Kabupaten Kapuas, bersama TNI-Polri, BPBD, PBS, dan Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan II, bergerak cepat menyalurkan bantuan berupa bahan makanan, perlengkapan tidur, obat-obatan, serta air bersih sebanyak 4.000 liter per hari. Posko pengungsian dan kesehatan juga didirikan di GPU Ulek Rundung Bandera Gantung, Desa Pujon.
Pada 29 Januari 2025, banjir mulai surut sekitar 50 cm di beberapa desa, memungkinkan warga yang mengungsi untuk kembali ke rumah masing-masing.
"Sebagai langkah mitigasi ke depan, pemerintah merencanakan pemetaan desa rawan banjir untuk kemungkinan relokasi, pengerukan daerah aliran sungai (DAS) Kapuas, serta pembentukan Kecamatan Tangguh Bencana (Kencana) dan Desa Tangguh Bencana (Destana)," pungkas Saribi.[zulkifli]